Vespa-ing to Batu Gambir, Merak 5 Agustus 2015




Sekarang memang lagi jamannya mendatangi tempat-tempat yang tinggi tapi enggak terlalu tinggi, yang penting dapat pemandangan yang indah tanpa harus capek-capek mendaki. Kemudian membawa pulang foto yang bagus untuk dipajang di sosial media. Alasan lainnya bisa juga karena keterbatasan waktu.

Setelah Tebing Keraton, Bandung di expose kini orang-orang seakan berlomba mencari bukit-bukit atau tempat tinggi lainnya (bukan gunung).

Adalah Batu Gambir, Merak yang kami kunjungi saat itu. Pertama tahu tempat ini dari teman gue Haqi. Katanya ada tempat baru yang lagi happening banget di datangi sama anak-anak muda tapi bukan Batu Lawang. Sementara Batu Lawang sendiri kini menjadi tempat favorit anak muda disini, bahkan sampai ada jam kunjungannya segala, yakni jam 04:00 sore. Padahal gue pernah mengunjungi tempat ini sejak lama, yang tahu waktu itu cuma anak-anak Mapala dan penduduk lokal disekitaran Batu Lawang saja.

Hari itu dengan arahan teman gue, gue membawa vespa merah gue tancap gas menuju Batu Gambir. Perjalanan di awali dengan jalan besar menuju pelabuhan Merak. Setelah melewati pelabuhan, dibawah jalan layang, kita belok ke kanan ke arah kampung yang ada di sekitaran pelabuhan.

Kita melewati jalan sempit yang sepertinya cuma muat untuk satu hati eh.. mobil, dengan jalan aspal yang relatif bagus. Perjalanan terus mengikuti jalan ke atas hingga sampailah kita ke jalan yang di beton. Kemudian jalan terus sampai kita ketemu jalan cabang yang jalan dikirinya terdapat portal kuning dengan polisi tidur yang besar dibawahnya. Ohiya, seperti jalan di kampung-kampung yang lain, disini banyak sekali terdapat polisi tidur yang tinggi-tinggi dan tidak diberi warna. Jadi harus berhati-hati, karena kalau terdengar suara gesekan sewaktu kita melewati polisi tidur itu rasanya menyesakan. Haha.

Dari portal tersebut jalanan mulai menanjak ekstrim. Harus diwaspadai karena di kanan jalan adalah jurang yang relatif sakit kalau jatuh. Disini juga sudah jarang rumah-rumah dan tidak ada penerangan sama sekali, jadi sebisa mungkin kita sudah turun sebelum benar-benar gelap.

Vespa gue bergetar parah banget ketika melewati tanjakan. Karena jalan sudah rusak dan jalan yang bagus hanya disisi-sisi sebagian saja. Kalau ada motor lain yang lewat dari arah berlawanan kita harus berlomba untuk mendapatkan jalan yang bagus. Haha. Mungkin kita melewati jalan jelek ini sekitar 5 menit kurang. Lama sekali, hingga gue sampai di Batu Gambir ini sudah dewasa.

Batu Gambir ini ternyata bukan di tempat yang paling tertinggi di bukit itu, tapi lebih adalah sebuah tempat di pinggir jurang dengan view terbuka lebar hingga kita bisa melihat sampai ke laut. Namun harus berhati-hati karena jurangnya sendiri cukup dalam. Mungkin kalau jatuh, teman kita akan bilang "wassalam".

Di Batu Gambir, Merak


Setelah melihat lama, sepertinya gue ingat kalau gue pernah ke Batu Gambir ini. Mungkin perjalanan sekitar 5 tahun yang lalu bersama teman gue sewaktu ekspedisi bukit barisan (di Cilegon-Merak). Gue ingat waktu itu teman gue bilang "kita harusnya di jalan yang sebelah sana Dit" sambil nunjuk ke seberang bukit. Gue dengan ekspresi kebingungan bilang "terus sekarang kita nyasar dong? Masa musti ngelewatin jurang ini sih Der?".

Beberapa menit kemudian kita menyebrangi jurang tersebut. Dasar stress. Sekarang gue baru tau kalau jalan dua-duanya juga sama saja mengarah ke Merak. Duh.. hahaha.

Kenyang menikmati sunset, akhirnya kita kembali pulang.

Di perjalanan pulang sempat berpikir buat nge-camp disana, dasar REMPAKEM. Haha.



Comments

Popular posts from this blog

Catatan Perjalanan Gunung Patuha; Kawah Yang Terlupakan

Mengakali "Life Hack" Colokan di Luar Negri

Bagusan Model Sepatu Jaman Dulu!