Catatan Perjalanan Backpacker Pulau Karimunjawa 12 – 16 September 2014



Berawal dari rasa bersalah teman gue yang bernama Arfan yang juga sering dipanggil Mehonk dan dari keadaan gue sendiri yang sudah mabok sama yang namanya kerjaan beserta bossnya.

Awal cerita si Mehonk lagi interview ditanya “ini kamu hobbynya traveling? Udah traveling kemana aja?”, langsung si Mehonk jawab “ke karimunjawa pak”. Padahal mah belum pernah kesana. Untungnya dia enggak langsung ditanya tentang Pulau Karimunjawa, kalau ditanya pasti langsung pura-pura mati. Hahaha. Tapi semenjak itu dia jadi beban mental, makanya dia langsung ngajakin gue ke Pulau Karimunjawa.

Sebenarnya gue pribadi kurang suka dengan trip ke pantai. Karena percuma saja kalau gue snorkelingpun mata gue enggak bisa melihat dengan jelas karena mata gue minus. Duh. Tapi berhubung dengkul gue enggak kunjung membaik, bunyi-bunyi terus kayak kursi reot. Gue jadi enggak bisa naik gunung secara maksimal, jadi yasudahlah kayaknya pantai oke juga.

Rencana awal kami ke Pulau Karimunjawa dengan backpacker full, tapi karena estimasi biaya terlampau tinggi jadi banyak yang menolak padahal awalnya sudah tertarik. Maka akhirnya kami ikut open trip Wisata Kita tanggal 13-15 September 2014. Gw pribadi memang males kalau ikut open trip begitu, karena waktu kita diatur oleh panitia menjadikan suasana trip enggak bebas. Tapi mengingat ini trip pantai, akan sangat mahal kalau kita menyewa perahu hanya dua orang saja. Apalagi mengingat gue belum kawin, jadi masih harus menabung. Maka mendaftarlah kami di Wisata Kita.

12 September 2014

Kami berangkat ke Jakarta dengan mengunnakan Elf, ini pertama kalinya gue menggunakan Elf ke Jakarta. Menurut gue mending pake bus saja, ACnya lebih menolong dan bisa tidur dibandingkan di Elf, walaupun memang cepat.

Kami berhenti di depan Mall taman Anggrek dan menyambung dengan menggunakan Transjak. Kemudian sampai di Pasar Senen dan langsung menuju stasiun. Dijalan menuju stasiun kami sempat nyasar, karena gue kira stasiun ini seperti 3 tahun lalu pas gue kesini. Tapi ternyata sudah berbeda. Jalan yang ditengah ternyata sudah ditutup, jadi kami memutar lagi ke jalur awal. Mungkin seperti aku dan kamu, tak perduli sebagaimanapun aku ngelupain kamu tapi tetep saja pikiran ini kembali ke kamu. Kenapa sih kamu enggak mau naik gunung lagi sama aku?. Hanjiiir curhatan fakir cinta.

Sebelum naik kereta kami mengisi perut dulu di Es Teller 77, hanjir ternyata mahal. #UdahGituAja. Setelah itu kami masuk peron dan ketemu kelompok cewek-cewek lagi backpackeran juga tapi enggak tahu kemana. Tiba-tiba nimbrung foto sama gw, cumen sayang si Mehonknya rada sensi jadi foto gue di buremin. Parah memang si mehonk, mentang-mentang gak foto bareng cewek-cewek.

Akhirnya kami naik kereta Matarmaja. Gue pribadi udah gak asing lagi sebenernya dengan kereta ini. Karena dari jaman gue berdiri sampai Jawa Timur gue juga naik kereta ini.

Gue kebagian tempat dudul diantara ibu-ibu dan jelas saja ibu-ibu ini ngerumpi terus sepanjang perjalanan. Gue yang baru balik shift malem jadi enggak bisa tidur. Sementara si Mehonk dikerubuni bapak-bapak yang sama saja ngajak ngobrol terus sampai si Mehonk pura-pura mati biar enggak diajak ngobrol.

Beberapa belas jam kemudian kami sampai di stasiun Semarang Poncol. Rasanya sudah lama gue enggak kesini. Dahulu gue pernah kesini saat mau naik ke gunung Unggaran. Sekarang terlihat beda.

Sebelum melanjutkan perjalanan kami makan malam dahulu di Nasi Kucing dekat stasiun, lumayan ngambil banyak juga enggak sampai habis 20.000,- Rupiah. Setelah itu kami melanjutkan untuk wisata malam ke Simpang Lima. Sebelum jalan kita liat Google Maps dan langsung saja gue berkata “Tinggal lurus sampai jalan utama, terus ke kiri. Deket ini mah”. Yang kenyataannya cukup mengucurkan keringat. Di perjalanan dekat dengan Stasiun Semarang Poncol gue melihat sesuatu yang aneh. Banyak banget cewek-cewek pada nongkrong di motor di pinggiran jalan. Pikiran gue seketika saat itu adalah “Oh, ojek-ojek di Semarang banyaknya cewek”. Kemudian kami terus jalan.

Karena baju yang bau asem ini sudah terlampau basah karena keringat, akhirnya gue tidak tahan lagi. Gue langsung buka baju dan lari-lari sampai Simpang Lima sambil meneriakan namanya “Oh.. Bambang!!!” Tapi bohong. Sebenarnya kami langsung naik angkot menuju Simpang Lima.

Ada yang menarik di kota Semarang ini, terlihat lalu lintasnya sangat lancar. Mungkin karena jumlah angkot yang sedikit dan penjual-penjualpun tidak menghabiskan bahu jalan. Pokoknya keren deh buat pengaturan lau-lintas di kota ini.

Di simpang Lima kami kemudian berfoto-foto. Seperti biasa di tiap alun-alun kota jaman sekarang biasanya banyak yang menyewakan kendaraan yang menggunakan banyak lampu. Kebetulan disini adanya sepeda tandem berlampu. Tak lama Kemudian ada yang memanggil nama “Mehonk!”, rupanya mereka dari angkatan 50 SMAKBO. Ketemu aja sama anak SMAKBO di Semarang.

Ketemu Alumni SMAKBO
Enggak lama kemudian kami berpisah. Gue sama Mehonk kemudian mencari hotel buat menginap, kebetulan di dekat Simpang Lima terdapat sebuah hotel mewah. Maka langsung kami kesana. Di hotel ini terdapat karpet yang sangat luas, karpet bergambar Ka’bah dan pancuran yang sangat banyak. Hingga tidak lama kemudian kami terlelap di pelataran hotel itu.

13 September 2014

Jam 04:30 pagi kami bangun untuk kemudian berangkat ke Terminal Terboyo. Setelah bertanya-tanya dengan supir taksi, mamang becak dan cewek-cewek Semarang, mereka kemudian pergi ketakutan. Tapi sebelum pergi ketakutan mereka memberi tahu, katanya kami naik angkot dua kali kemudian menaiki bus ¾ ke Terminal Jepara. Tapi seperti yang gue bilang tadi, angkot disini cukup jarang. Yang kemudian kami di turunkan di tempat antah-berantah yang kata pak Supirnya “Tunggu aja disini, nanti ada angkot yang ke terminal”. Yang kenyataan nya tidak kunjung datang.

Tiba-tiba mobil Avanza berhenti di depan kami. Dalam hati “Anjrit! Penculik nih pasti! Aaaa.. Culik akuuu!” tapi ternyata bukan. Rupanya itu adalah taksi, jadi di Semarang ini banyak sekali taksi yang illegal menggunakan mobil sekelas Avanza, Xenia dan Innova. Jadi kalau mobil anda diantara ketiga tadi dan anda pergi ke Semarang maka jangan kaget kalau ada yang memberhentikan anda.

Perjalanan ke Terminal Terboyo cukup lama, sekitar 45 menit. Ongkos hasil nego adalah 25.000,- Rupiah. Enggak tau deh itu mahal atau enggak. Hingga sampai Terminal Terboyo kami langsung naik bus ¾ yang sudah penuh dengan penumpang yang lain.

Tarif menuju Terminal Jepara dari Terminal Terboyo adalah 20.000,- Rupiah per orang. Jangan khawatir kelewat tempat perberhentian, karena akhir perjalanan bus ini adalah di Terminal Jepara. Jadi cukup bobo manis saja, walaupun kenyataannya badan ini bau asem pekat karena belum mandi-mandi.

Selfie dengan Mamang Becak
Bus ini enggak beda jauh dengan bus Bogor-Rambutan, penumpang dimasukin terus walaupun sudah penuh. Pas gue tidur dan terbangun di samping gue ada cewek SMA cakep, pas gue tidur terus bangun lagi di samping gue berganti jadi nenek-nenek. Apakah perjalanan ke Jepara sejauh itu? Sampai penumpangnya tua di jalan?. Setelah ngaca pakai kamera depan, ternyata gue masih muda. Syukurlah.

Untuk perjalanan sendiri kira-kira membutuhkan waktu 2-3 jam ke Terminal Jepara. Lokasi antara terminal Jepara dan Pelabuhan Jepara sendiri cukup dekat bisa dikatakan samping-sampingan. Namun untuk ke Pelabuhan Jepara kita menggunakan becak dari pertigaan Terminal-Pelabuhan. Ongkosnya bisa sampai 20.000,- Rupiah tergantung nego.

Yang perlu diingat adalah; kalau mau mengambil uang ke ATM sebaiknya sebelum naik becak, karena di pelabuhan tidak ada ATM. Di Pulau Karimunjawa sebenarnya terdapat ATM, akan tetapi seringkali habis karena jumlah orang dan ATMnya tidak sebanding. Begitu pula kalau ingin belanja logistic, obat-obatan, sun-block dll, baiknya sebelum perjalanan ke pelabuhan.

***


Tiba di pelabuhan kami berkumpul di warung Bu Diah, disana sudah banyak sekali berkumpul orang-orang. Kemudian kami berkenalan dengan panitia dari Wisata Kita, namanya Ringga, ciri khasnya rambut kribo. Kemudian ada juga orang dari bogor juga, namanya Icha dan Panji. Awalnya kami mengira kalau mereka lagi honeymoon tapi ternyata katanya bukan, cuma sahabat biasa aja. Gue curiga, hehe. Si Icha sendiri orangnya sedikit tomboy kayaknya, kalau si Panji kayaknya sudah sangat berpengalaman dengan trip pantai.

Sekitar jam 09:00 kami akhirnya naik ke Kapal Bahari Ekspres. Kapal cepat yang bisa menampung banyak orang. Perjalanan dari Pelabuhan Jepara ke Pulau Karimunjawa sendiri membutuhkan waktu sekitar 2 jam.

Suasana di pelabuhan Karimunjawa sangat ramai, mungkin memang karena memang weekend. Kami menunggu jemputan kami untuk mengantarkan ke hostel-hostel yang sudah di pesan. Gue dan Mehonk sendiri mengupgrade penginapan ke Wisma Apung, penginapan yang berada di tengah laut dengan pemandangan yang menurut gue cukup menakjubkan.

Gapura Pulau Karimunjawa
Setelah makan siang kami kemudian diantarkan ke pelabuhan perahu kecil untuk menuju Wisma Apung. Yang perlu di perhatikan kalau mau menginap disana adalah; harus booking dari jauh hari, karena penginapan ini cukup banyak peminat. Mengingat pemandangan dan disana sendiri terdapat penangkaran hiu bersirip putih. Jadi kalau mau foto-foto dengan hiu juga bisa. Tapi mungkin harus hati-hati kalau kita lagi punya borok atau koreng, nanti langsung disantap sama hiunya.

Setelah berganti pakaian dengan bikini kami langsung mendarat kembali. Untuk sewa perahu sampai pulau utama dikenakan tariff 10.000,- Rupiah per orang, kecuali untuk check in dan check out tidak dikenakan tariff atau gratis. Untuk biaya sewa kamar sendiri 250.000.- Rupiah per kamar untuk kamar yang non-AC.

Setelah berkumpul di pelabuhan kapal kecil dekat alun-alun kami kemudian naik perahu untuk kemudian snorkeling. Diperahu team dari Magelang, Bandung pada marah-marah karena si Ringga bilang kumpul tapi enggak bilang mau snorkeling. Kasian memang si kribo.

Kemudian kami sampai ke tempat snorkeling pertama.

Foto Underwater
Cloud fish
Di spot snorkeling ini dijumpai cukup banyak ikan terumbu karang, asal kita jangan lupa saja bawa roti buat makananya. Dari wisata kita sendiri menyediakan kamera underwaer eh underwater untuk yang mau foto di dalam air. Yang kenyataannya sangat susah. Karena entah kenapa kita selalu kembali tertarik ke atas. Dari team Pemotretan sendiri mempunyai cara untuk mengatasi hal itu. Yaitu kami di tenggelamkan, sadis memang. Tapi melihat dari foto-fotonya sendiri cukup lumayan. Cuma kasian ada yang di foto mukanya tertutup sama ikan. Haha.

Setelah selesai snorkeling kami pergi ke sebuah pulau untuk menikmati sunset. Disana ada sebuah pohon kelapa yang sering sekali dijadikan sopt pemotretan. Si Eko yang kebetulan mau difoto di pohon itu, setelah selesai berfoto dia enggak bisa turun kemudian jatuh bersama si mamang tukang foto yang tadinya mau menolong si Eko.

Info

Bergaya

Nangkring
Di sebelah ujung pulau terdapat sebuat batu karang dengan pohon di pinggirnya. Di pohon tersebut terdapat tali yang bisa di gunakan untuk berayun. Gue berayun disana dan sedikit paranoid karena terdengar bunyi-bunyi ringkih. Thanks God gue masih hidup.

Kemudian kami duduk di tepian pantai sambil menunggu matahari terbenam.

Setelah matahari terbenam kami kembali ke wisma masing-masing.

Karena kami awalnya tidak meminta makan malam pada pengelola wisma, akhirnya kami masak mie dengan trangia di dalam kamar. Menyedihkan sekali memang, disaat melihat orang lain makan dengan lahap. Kami malah makan mie.

14 September 2014

Tengah malam si Mehonk bangunin gue, “Tonk, gara-gara elu nyuruh gue mandi nih.. gue enggak bisa tidur”. Aneh banget memang, kalau orang lain itu enggak bisa tidur karena lengket bekas keringat dan air laut juga pasir, ini malah enggak bisa tidur karena sudah mandi. Hadeuh.

Sekitar jam 3 pagi gue bangun, mencoba membuka pintu kamar yang terdorong kuat oleh angin. Jadi ternyata di Wisma Apung ini angin malamnya cukup kuat, membuat pintu dan jendela bergetar kuat. Aku tadinya mengira Cuma senyum manis kamu saja yang bisa membuat bergetar, ternyata angina di Karimunjawapun bisa. Huffft.

Gue melihat para penjaga Wisma yang tidur diluar, juga beberapa tamu yang tidur di depan kamarnya. Mana cewek lagi, pake celana pendek lagi, gue yakin pagi harinya itu cewek-cewek pasti dikerok. Tapi enaknya dari angina besar ini memang jadi enggak ada nyamuk satupun. Nyamuk yang berani tinggal disini pasti nyamuk stress.

Pagi Hari di Wisma Apung
Pagi hari tiba, hangat sinar mataharinya begitu berbeda. Mungkin karena efek liburan. Setelah selesai sarapan pagi, gue langsung siap-siap untuk pergi snorkeling lagi. Ohiya, untuk sarapan di Wisma Apung ini disediakan gratis kecuali untuk makan malam kita harus membayar 15.000,- Rupiah per orang. Konsep makannya sendiri prasmanan, jadi kalau mau nambah jangan sungkan. Paling nanti dipelototin saja sama pengunjung yang lain dan sedikit ditusuk-tusuk pake garpu sambil meneriakan “kembaliin sarapan gue!!!! Kembaliin sarapan gue!!!”.

Gue sempet ngobrol-ngobrol dengan penjaga wismanya, ternyata air disini dikirim dari darat dengan menggunakan drum-drum yang kemudian di isikan ke dalam tangki di tower wisma setiap pagi. Jadi alangkah baiknya kalau mau menginap disini kita harus menghemat dan mengatur penggunaan air.

Sebelum berangkat snorkeling, gue juga sempet foto-foto di kolam penangkaran hiu di dalam wisma. Jadi yang mau foto-foto bersama hiu bisa juga berfoto disin atau juga bisa di tempat penangkaran hiu yang lebih besarnya lagi.

***

Tidak lama kemudian jemputan kami datang, dan kami menuju tempat snorkeling.

Tim Kami
Di tempat snorkeling yang kedua ini cukup banyak juga ikannya, tapi tetep saja enggak berguna karena gue enggak bisa ngeliat. Mata rabun.

Hal yang paling kita tunggu waktu itu adalah disaat si Eko melepaskan bajunya, dan kemudian terlihat bulu-bulu lebat yang diinginkan setiap wanita di perahu itu. Kalau di ilustrasikan para wanita itu seperti vampire-vampir yang siap menggigit manusia, yang sudah sangat haus darah perjaka.

Namun yang disayangkan adalah ternyata si Eko sendiri sangat feminism dan malah kesemsem sama si Ringga. “Tapi tenang Ko, elu udah dapet restu dari kita-kita kok” kemudian Eko dan Ringga pergi ke Belanda. Hehe.. just kidding.

Diatas perahu kami kemudian menggoda si Icha. Si Icha ini ternyata lagi dapat, jadi dia enggak bisa terjun ke air karena khawatir ikan hiu akan datang. Karena sudah terbukti di hari pertama snorkeling, borok si Eko yang penuh dengan kulit kering pun habis dimangsa. Untung Cuma boroknya saja yang dimangsa, coba kalau sosisnya juga. Entahlah sulit dibayangkan.

Tapi yang mengecewakan adalah gue enggak menemukan anemone disini, mungkin karena mata gue yang enggak jelas atau memang karena enggak ada.

***

Kemudian kami berlayar ke sebuah pulau yang bernama Cemara Kecil. Di pulau ini yang membuat indah adalah ada sebuah hamparan pasir yang sangat dangkal sehingga warna air laut menjadi lebih cerah. Bijau-kebiruan cerah.

Kamipun berfoto-foto disini.

Di Pulau Cemara Kecil
Tidak usah khawatir kalau mau pipis, kamu enggak perlu nyebur dulu ke laut. Karena disini ada fasilitas toilet untuk yang mau pipis atau ee. Disini juga terdapat warung yang menyediakan makanan berat, kebetulan untuk Wisata Kita ini memesan makan siang disini. Dengan menu ikan bakar yang bagi gue enggak enak, mungkin karena gue enggak doyan ikan apalagi yang dibakar.

Setelah kenyang kami sedikit mengobrol-ngobrol sambil menunggu makanan turun ke dalam lambung.

Makan Di Pantai
Si Eko ditantangin untuk berfoto selfie dengan bule cowok, hadiahnya adalah uang untuk membeli kelapa muda. Kami langsung menyemangati Eko. “Aku ngelakuin ini demi kalian ya, biar pada bisa minum kelapa muda semuanya” kata Eko. Entahlah alasannya apa memang benar itu, atau dia juga mau modus. Hehe.

Tak lama kemudian kami melihat dari jauh si Eko berhasil berfoto selfie bareng bule tadi. Keren deh pokoknya si Eko. Walaupun dari jauh diketawain dan kita langsung pura-pura “bukan temen, tbukan temen.. gak kenal, gak kenal..”. Tapi berkat dia kami akhirnya minum es kelapa. Horey..

Sebelum pergi tempat snorkeling selanjutnya kami berfoto bareng terlebih dahulu sekalian melakukan misi licik kami yaitu; menenggelamkan si Ringga. Karena dari kemarin dia enggak pernah mau turun untuk snorkeling.

Akhirnya si Ringgapun basah sampai ke kolor-kolornya, tapi yang paling amazing itu ternyata rambutnya tetep kering walaupun sudah dibasahin. Mungkin rambutnya sudah dilapisi dengan anti air, biar  enggak bocor-bocor. Haha. Tapi pada hari itu juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya si Eko, walaupun telat dua hari tapi enggak apa-apalah daripada kami enggak punya alas an buat ngebully dia.

Pada saat itu gue yang masukin pasir ke dalam celana dalam si Eko, tapi yang disalahin malah si Ringga. Dalam hati gue bilang “enggak apa-apalah biar chemistry mereka semakin kuat” haha (tertawa licik). Enggak lama setelah itu gue melihat si Kristin lari-lari sambil membawa buah kelapa yang sudah sudah jadi sampah. Ini cantik-cantik malah error. -__-. Tapi yang gue salutin mereka cukup bisa ngebaur  enggak seperti team dari semarang yang dari awal sampai akhir perjalanan selalu misahin sendiri terus.

Foto Bareng
Kemudian kami berlayar kembali ke tempat snorkeling selanjutnya.

***

Di tempat snorkeling yang terkahir ini enggak begitu asik, airnya sedikit keruh dibandingkan yang sebelum-sebelumnya. Entah kenapa kulit seperti digigit-gigit nyamuk, katanya sih itu karena ada ubu-ubur kecil yang neggak kelihatan. Sebenarnya juga spot snorkeling kita bukannlah disini, tapi karena ombak yang besar memebuat enggak memungkinkan buat ke spot snorkeling yang ketiga. Jadi cadangannya disini. Betterlah daripada enggak snorkeling.

Setelah selesai snorkeling kami kemudian pergi ke tempat penangkaran hiu.

Di penangkaran hiu ini sudah ramai oleh para wisatawan. Sekedar info kalau mau beli merchandise mendingan disini saja belinya, karena selain kualitasnya memang bagus dari segi design juga lumayan. Nama merknya adalah “DEWANDARU”. Disini juga kita dapat berfoto dengan ikan pari kecil, hiu kecil, penyu dan si Budi kecil. Tapi yang bikin illfeel adalah lokasi pemotretannya Cuma berjarak 5 meter dari toilet, dan yang menakjubkan adlah toiletnya sendiri sisitem cemplung yang artinya langsung nyemplung ke air laut.

Di Penangkaran Hiu

Di Penangkaran Hiu
Karena gue dan Mehonk enggak tertarik dengan pemotretan apalagi harus rela mengantri dan bayar 5000,- Rupiah. Akhirnya kami mencoba naik “Donat”. Donat ini sama seperti bananaboat akan tetapi lebih ekstrim karena kami nantinya dibanting-banting dan di putar-putar.

Gue rasa cuma naik donat inilah yang paling amazing dari semua perjalanan di di Karimunjawa ini. Meskipun sampai teriak-teriak, dibanting-banting, di puter-puter, bahkan si mamang perahu speedboatnyapun ketawa-ketawa. Disaat si Mehonk bilang “udah! Udah!”, gue sama Icha malah bilang “lagi! Lagi!”. Hingga gak kerasa udah lebih dari 20 menit.

Pas waktu selesai ada si bapak-bapak yang sebelumnya sudah mengantri untuk naik donat ini, yang harus menelan kekecewaan karena donatnya bocor. “Apa!? Bocor?” kemudian langsung kami kabur. Tapi gue percaya itu pasti gara-gara si mMehonk yang overweight, kalau gue kan masih slim. Ohiya, untuk naik donat sendiri  di kenakan tariff 60.000,- Rupiah per orang.

Kami juga sempet foto-foto bareng hiu sirip putih lagi disana, ya sambil menghabiskan waktu. Dan lagi-lagi si Icha gak bisa ikut turun, “duh kasian banget sih loe Cha, trip ke pantai malah enggak nyelem.. hadeuh”. Si Panji juga enggak ikutan turun, ngeri katanya. Sama aja.

Sore hari menjelang, stelah puas berfoto-foto dengan hiu dan sedikit nongrong-nongkrong cantik di tepian pulau. Kami kemudian pulang kembali ke wisma masing-masing. Kebetulan karena wisma gue deket dengan penangkaran, gue dan Mehonk jadinya ikut ke sebuah perahu kecil yang di dalamnya sudah di isi dengan backpacker dari Malaysia.

Di Penangkaran Hiu
Awalnya gue kira mereka dari Bekasi (ca’elah Bekasi), karena dari tampang seolah enggak ada bedanya. Ada cewek pake kerudung lumayan manis banget, kelihatan kulit mereka kebakar karena sinar matahari. Seksi banget. Gue tahunya mereka dari Malaysia pas gue ngobrol dengan mereka dan mereka sedikit kebingungan. Enggak lama mereka ngobrol sama temennya pake bahasa Melayu plus Inggris. Owh pantesan.

***
Sunset di Wisma Apung

Tiba di wisma si Mehonk langsung kembali memasak mie. Gue pribadi sebenernya males makan mie, tapi tergoda juga.

Di malam hari kami menuju alun-alun untuk makan malam disana. Karena kami di pantai sudah barang tentu makanannya pasti seafood. Bodo ah alergi juga. Kemudian kami memesan Lobster dan Udang.

Yang menarik di alun-alun itu adalah kalau diperhatikan, semua pemilik tempat makan adalah ibu-ibu dan mereka semua sama menggunakan daster. Mungkin mereka semua tergabung dalam “Genk Daster Pemilik Tempat Makan Di Karimunjawa” atau disingkat GDPTMDK, sangat sulit sekali memang melafalkan nama genknya tapi yang jelas mereka tetap solid. Bahkan bulan ini mereka merencanakan untuk menyerang genk daster di pulau sebrang hanya karena warna daster genk pulau sebrang itu sama dengan warna daster GDPTMDK. Sungguh berlebihan memang.

Hingga jam 10:00 malam kami ngobrol-ngobrol, akhirnya kami pulang ke penginapan masing-masing.

15 September 2014

Pagi hari menjelang, kami-siap-siap packing untuk pulang. Setelah sarapan pagi terakhir kami berpamitan dengan si pemilik dan si penjaga wisma. Tentu saja sebelum pergi kami di cegat terlebih dahulu, hehe kirain mereka pada lupa kalau kita belum bayar. :D

Kami menunggu di alun-alun bersama backpacker dari Malaysia. Karena ceweknya manis pakai kerudung maka gw senyumin, sementara yang cowoknya gue ludahin. Sadis memang. Tidak lama jemputan kami datang untuk mengantarkan kami ke Dermaga besar.

Sebelum masuk ke dalam kapal kami sempat foto bersama untuk kenang-kenangan. Si Eko dan dua orang bidadari terlihat lucu memakai bando kuping kucing. Maka gue dan Eko berekspresi seperti kucing. “Meooong”.

Beberapa saat kemudian kami masuk ke dalam kapal. Di dalam kapal sesuatu tak terduga terjadi, Si Eko secara tidak sengaja duduk bersebelahan dengan cem-cemannya yaitu tidak lain adlah Ringga. Maka ini kdijadikan kesempatan buat Eko untuk menyerap habis seluruh kesucian Ringga. Dan 10 taun kemudian mereka hidup bahagia selamanya.

Yang paling ekstrim pada saat berada di kapal pulang ini adalah; ombak yang begitu dasyat!. Enggak sampai sepuluh menit kapal mulai bergerak, korban-korban berjatuhan. Awak kapal begitu sigap membagikan kantong keresek, sementara mereka yang duduk di depan langsung berpindah ke belakang menuju toilet dan akhirnyanya kapalpun tidak seimbang dan tenggelam, tenggelam di sakitnya mencintaimu. Haha.

Tapi ini asli, gue ngasih saran untuk langsung minum antimo saja sebelum kapal bergerak. Karena itu sangat efektif, terbukti sama gue. Dan lagi kalau kalian yang kondisi fisiknya gampang mabuk laut, mending segera senderkan kepala loe di kursi. Karena ini bisa mengurangi gaya sentrifugal di dalam otak loe. Apalagi kalau otak loe encer. Bahaya banget.

Dua jam kemudian kami sampai di Dermaga Jepara dengan kondisi kapal yang belepotan muntahan, haha.. enggak deng.

Ohiya kalau yang mau ke toilet pada waktu kapal lagi bergerak, harap hati-hati. Karena pembuangan closet langsung menuju laut. Kalau air laut sedang pasang, bisa saja air di closet tadi muncrat kembali ke muka loe. Haha.

***
Akhirnya tiba waktunya berpisah, enggak lupa kami bersalam-salaman dan cipika-cipiki (ngarepnya sih begitu, tapi salaman doang). Padahal si orang Magelang yang temannya si Eko manis banget tuh, tapi sayang gue enggak tahan kalau LDR (Loe Doang Relationship) jadi yasudahlah. Hati-hati ya kalian teman se-trip, take care and hope we’ll meet you all again next time. J.

Akhirnya gue, Mehonk, Panji dan Icha meninggalkan mereka dengan mobil travel Rp 40.000,- Rupiah sampai Stasiun Semarang.

***

Tiba di Semarang sekitar 3 jam kemudian. Kami langsung menuju Stasiun Semarang Tawang. Gue yang gembel ini baru pertama kali melihat Stasiun Tawang dan ternyata keren banget. Jadi di dekat stasiun ini terdapat bangunan-bangunan tua mirip seperti di Kota Tua Jakarta, di dekatnya ada semacam bendungan lumayan besar atau yang biasa disebut Tawang. Mungkin maka dari itu nama stasiunnya adalah Semarang Tawang.

Gue pribadi selama ke Semarang selalu lewat Stasiun Semarang Poncol, karena kebetulan keretanya kelas ekonomi hemat berhentinya di stasiun itu. Hehe.

Sebetulnya si Panji sama si Icha itu belum punya tiket pulang, jadi kami mencoba datang ke stasiun untuk membeli tiket. Namun sayangnya mereka kehabisan tiket, padahal juga kami sudah mencoba ke Stasiun Semarang Poncol. Lagian mereka aneh, traveling enggak beli tiket pulang. Gue curiga, apakah jangan-jangan mereka tadinya mau menetap di Pulau Karimunjawa? Apakah mereka sudah muak dengan kehidupan kota? Apakah mereka buronan komplek yang telah terbukti mengintip 10 aki-aki mandi? Entahlah.. tapi yang pasti akhirnya mereka pulang dengan menggunakan bus. Kalau gue sih enggak mau naik bus, karena menghabiskan waktu banyak dan kita enggak leluasa untuk bergerak.

Karena bus mereka berangkatnya jam 7 malam dan kereta kami jam 3 pagi, maka waktu yang tersisa kita gunakan untuk keliling-keliling Semarang lagi. Kali ini gw penasaran dengan Lawang Sewu, karena gue belum pernah kesana.

Kami ke Lawang Sewu sekitar jam 4 sore, karena sebelumnya kami sempat ke Simpang Lima terlebih dahulu untuk makan siang atau lebih tepatnya makan telat siang.

Kami masuk Lawang Sewu gratis, entah kenapa mungkin sang penjaga merasa kasihan dengan tampang kami yang sudah kucel dan bau asem. Pertama kali masuk gue kira ini adalah penjara jaman dahulu, tapi ternyata bukan. Padahal pas si Icha bertanya “Ini dulunya tempat apa sih?”, gue PeDe saja menjawab “Penjara, ya mirip-mirip yang bangunan yang di Kota Tua lah”. Eh ternyata ini dahulunya adalah kantor dari perusahaan Kereta Api Belanda. Oh pantas saja di depan gerbang tadi penjaganya memakai seragam KAI. Jadi awalnya gedung ini adalah kantor perusahaan kereta api tadi, yang kemudian bangkrut dan diambil alih Jepang pada masa penjajahan. Nah.. oleh Jepanglah gedung ini dijadikan markas  sekaligus penjara. Gue tahunya penjaranya doang, hehe.

Yang unik dari gedung ini adalah jumlah pintu yang sangat banyak. Sepertinya dari hal itulah gedung ini jadi disebut Lawang Sewu yang artinya Pintu Seribu. Tapi sayang sewaktu kami kesana sebagian gedung sedang di renovasi. Rencananya sih akan dijadikan cagar budaya. Baguslah soalnya sebelum direnovasi gedung ini menjadi ikon uji nyali, bahkan dijadikan tempat pertapaan. Kami juga sempat ke tempat yang biasanya dijadikan tempat uji nyali, namun sayang tempat itu sekarang ditutup.

Setelah puas mengelilingi gedung,kami kemudian berfoto-foto di kereta api di depan gedung. Yang selanjutnya menunggu malam sambil meneguk es di halaman Lawang Sewu.

Karena katanya kalau malam gedung ini jadi tambah indah. Dan ternyata benar.

Lawang Sewu
Hingga beberapa saat kemudian Panji dan Icha pergi karena sudah ditunggu oleh bus mereka ke Bogor. See you guys! Take care.

Enggak lama kemudian setelah gue dan Mehonk berfoto di depan air mancur tug uterus pergi untuk hunting oleh-oleh makanan.

Tugu Pemuda
Di perjalanan kami akhirnya mendapatkan wingko babat dan sempat makan terlebih dahulu di tempat nasi kucing. Kemudian berangkat kembali ke destinasi terakhir yaitu stasiun Semarang Poncol.

Setelah kerete Matarmaja datang kami kemudian mengucapkan “selamat tinggal Semarang, Jepara, Karimunjawa.. sampai jumpa lagiii”. Dan akhirnya kamipun pulang menuju provinsi paling barat pulau Jawa.

Special Thanks to Wisata Kita, teman seperjalanan, si gadis manis, Panji dan Icha juga kepada yang lain yang enggak bisa gue sebutkan. Thanks to Allah atas karunianya juga ciptaannya yang indah. Amazing triplah pokoknya.

Enjoy! :)

Refresh Your Mind, Get Traveling

Comments

  1. bro lo bilang dengkul lo reot emang kenapa dengkul lo?

    ReplyDelete
  2. wah mantap gan, keep blogging.
    buat temen2 yang belum mengagendakan wisata karimunjawa seperti agan ganteng pemilik blog ini, silahkan datang karimunjawa ya sob, paket kami murah lho.
    dibawah ini merupakan paket wisata karimunjawa yang bisa anda pilih sesuai selera
    Agen Wisata Karimunjawa
    Paket wisata karimunjawa
    Paket backpacker karimunjawa
    Paket homestay karimunjawa
    Paket hotel Karimunjawa
    Paket nirwana resort karimunjawa
    Paket honeymoon karimunjawa

    ReplyDelete
  3. mau kesana hahaha

    Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete
  4. yang mau trip karimun jawa backpekeran bareng , boleh gabung dengan kami, sementara kami ada 5 orang. rencana brngkt kami, karna kami dari jakarta kami berangkat tgl 3 april 2016 . untuk info lebih lanjut silahkan hubungi kontak saya :

    Nama : Yusuf
    No : 085717768527

    come and join as brother hehehe

    ReplyDelete
  5. OKEY TANKS INFONYA BANG.KAMI DARI LOMBOK AKAN GABUNG

    ReplyDelete
  6. Muter2 bingung cari Paket Wisata Karimunjawa Murah atau Paket Backpacker Karimunjawa yang super duper Hemat, atau mungkin cari Paket Honeymoon Karimunjawa di jamin masih bisa nego, Paket Private Couple juga ada kok atau sekedar mau cari Jadwal Kapal, Pesawat dan Tiket Kapal Karimunjawa telp dimari yach 085109333215 melayani 24 Jam

    ReplyDelete
  7. ayo kak coba ke dieng dan dapatkan menarik :)
    Untuk liburan ke dieng klik Paket Wisata Dieng
    dan dapatkan penawaran menarik di Paket Wisata Dieng

    ReplyDelete
  8. Seruu banget liburanya kak, Yukk browsing Info Paket Backpacker Karimunjawa yang menyediakan Paket Wisata Karimunjawa Murah Liburan ke Karimunjawa cuma 175rb Hubungi 082 234 463 000 One Day Tour Karimunjawa 175rb dan mau nyari barang-barang funiture HD Furniture Jepara

    ReplyDelete
  9. Bagus tulisannya. Saran saya segera dibukukan.

    Kami bisa bantu membukukan tulisan baik untuk tes pasar, koleksi pribadi, dijual massal, dan lainnya. Buku-buku yang kami hasilkan sama seperti buku yang dijual di Gramedia. Segera cetak naskah Anda menjadi buku profesional dan laik jual.

    Jangan khawatir belum design, layout, edit karena kami bisa membantu desain naskah Anda sehingga dapat menjadi buku yang ciamik dan bernilai jual. Kerennya lagi, kami bisa cetak satuan lho!

    Hub kami:
    WA: 0877-67866622
    Email: heryamedia@gmail.com
    Web: http://www.heryamedia.net

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Catatan Perjalanan Gunung Patuha; Kawah Yang Terlupakan

Mengakali "Life Hack" Colokan di Luar Negri

Bagusan Model Sepatu Jaman Dulu!