Catatan Perjalanan Backpacker Teluk Kiluan 10 – 13 Oktober 2014
Teluk Kiluan adalah sebuah teluk
di Pulau Sumatra yang terkenal karena disana sering sekali dijumpai
jomblo-jomblo, eh maaf salah, maksudnya Lumba-lumba. Teluk ini ada di kota
Lampung, gue lupa Lampung Utara atau Lampung Barat.
Untuk mencapai ke teluk ini
lumayan susah karena perjalanannya yang panjang dan jalannya yang rusak. Dari
Kota Lampung sendiri membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam.
Salah satu tempat indah lainnya
di teluk ini adalah lagunanya. Walaupun enggak besar seperti laguna Segara
Anakan di Pulau Sempu, tapi cukup indah apalagi di tambah dengan semburan air
laut dari karang-karang yang bisa sampai setinggi tiga meteran.
***
Awal cerita temen gue si Wahyu
yang mengajak, katanya banyakan sama orang Jakarta juga banyak cewek-cewek
cakepnya nanti. Maka tergodalah gue. Kesannya gue seperti yang kelaparan banget
ya? Seperti yang haus kasih sayang. Haha.
Tapi karena bulan Oktober ini
adalah bulan Haji, maka banyak dari peserta yang akhirnya cancel karena ingin
menghadiri undangan pernikahan. Gue sendiri juga di telfon saudara gue yang di
Bandung buat datang ke nikahan yang statusnya dia adalah keponakan gue.
Keponakan gue sudah nikah, terus gue KAPAAAANNN!!!??? .
Tadinya mau barengan dengan kakak
gue, tapi enggak jadi karena dia sakit. Gue sendiri berat kalau harus menginap
dahulu di Bandung. Jadi yang berangkat Adek gue sama Nyokap gue aja.
Ke Teluk Kiluanpun terancam
gagal, tapi karena ketua pelaksananya sangat sigap sekali, maka pada akhirnya
tetap jadi. Jadi gue ikut trip Teluk Kiluan saja.
***
Jumat, 10 Oktober 2014
Jumat malam sewaktu gue sibuk
packing, si Mehonk datang dan menggalau ingin membawa tenda atau enggak? Gue
bilang “Bawa weh atuh, tapi maneh nu mawa”. Intinya mah semua ingin tapi enggak pada
mau bawa. Kelakuan ABG ababil.
Akhirnya gue sama Mehonk pergi
dengan tenda ada di tas Mehonk, haha.
Di Mesjid Agung Cilegon sudah ada
Chimenk dan Wahyu menunggu. Dua-duanya membawa pasangannya masing-masing,
sementara gue sama si Mehonk. Hadeuh najis. Tapi katanya ada si Kebo lagi di
jalan, tapi katanya masih di Senayan dan macet. “Iraha nepina?” kata gue.
Akhirnya kita semua konvoi ke
pelabuhan Merak sambil buka baju dan membawa umbul-umbul, tidak lupa sambil
meneriakan “Kembalikan uang kami! Kembalikan uang kami!”.
Padahal kami belum pernah mengasihkan uang ke siapapun.
Sampai di pelabuhan Merak sekitar
jam 10:00 malam, si Wahyu bilang “Si Kebo ku urang titah balik weh, masih
keneh di Jakarta ceunah”. Padahal yang mengajak ke Teluk kiluan
pertama kali adalah si Kebo, tapi dia disuruh pulang. Sungguh malang sekali
nasibmu nak Kebo.
Tiket kapal Ferry untuk satu
orang kalau enggak salah Rp 15.000,-. Setelah membeli perbekalan di Indomaret,
kami langsung masuk ke pelabuhan. Sistem masuknya seperti Commuterline KRL,
dimana kita diberikan kartu magnetic untuk nanti di tempelkan ke rolling door.
Kalau di Commuterline KRL mah saat masuk itu bersih enggak ada penjual, di
pelabuhan ini mah penjual dan orang-orang enggak jelas masih bisa masuk.
Sungguh disayangkan.
Di Pelabuhan Merak |
Akhirnya kami naik ke kapal,
bangku untuk penumpang ada di tingkat tiga. Gue lupa waktu itu nama kapalnya
apa tapi yang jelas ada kata “port”-nya.
Di kapal ini konsepnya cafeteria,
mungkin biar penumpangnya bisa sambil makan-makan sambil menunggu untuk
berlabuh ke pelabuhan Bakaueni. Terus kalau aku menunggu berlabuh ke pelabuhan
hati kamu aku harus ngapain? Enggak ada cafertaria disini.. adanya tukang
cuanki, hiks. Namun tetap saja walaupun cafeteria juga, sama orang Indonesia
mah dipakai untuk tempat tidur. Edan memang orang Indonesia mah. Gue dong
enggak tidur, tapi terkulai lemas.
Di dalam kapal Ferry |
Kemudian ada sms yang
mengagetkan, ternyata si Kebo sudah sampai di Pelabuhan Merak dan dia
menanyakan kita naik kapal yang mana?. Mungkin dalam hati si Kebo “Kampret
nyuruh gue balik! Gue susul loe semua!” kemudian Kebopun mengeluarkan sayapnya,
jadilah Kebo bersayap. Mirip Unicorn mungkin yah. Tapi karena kapal kita sudah
berangkat, akhirnya si Kebo naik kapal yang lain.
***
Sabtu, 11 Oktober 2014
Sekitar jam 01:00 pagi akhirnya
kami sampai di Pelabuhan Bakahueni. Seperti cerita orang-orang, kalau di
Pelabuhan Bakahueni ini cukup rawan jadi kita harus berhati-hati. Banyak calo
yang memaksa bahkan sampai menarik-narik tas kita, Kalau kita lengah ta situ
akan langsung mereka bawa, memang enggak di ambil tapi jadinya memaksa kita
untuk naik kendaraan yang di calokan.
Di Pelabuhan sudah ada Pak
Chairil dan temannya yang menjemput. Pak Chairil ini bersosok kekar tapi enggak
terlalu tinggi, mungkin umurnya sudah menginjak 40 tahunan. Dialah orang yang
mempunyai homestay di Teluk kiluan, sekalian juga nanti dia yang mengurus
perahu untuk kendaraan kita nanti disana juga makan pagi, siang dan malam. Jadi
kita tinggal enjoy saja.
Sampai jam 03:00 pagi kami
menunggu Kebo, Kebopun kahirnya datang. Sebelumnya ada kejadian yang lucu, jadi
si Mehonk dan si Wahyu menunggu si Kebo di dekat pintu keluar. Pas Kebo keluar
si Mehonk dan si Wahyu mengikuti dari belakang sambil kemudian menari tas si
Kebo. “Lampung bang! Lampung!” kata si mehonk sambil menarik tas si
Kebo. Si Kebo kaget dan langsung bilang “Enggak bang! Enggak! Udah dijemput bang!”
sambil menarik tasnya dan kemudian kaget “Ah si goblok! Sugan the saha!”.
Haha.
Akhirnya setelah semua berkumpul
kami langsung berangkat. Jalan menuju Lampung waktu itu sedang diperbaiki,
jadinya kami tertahan disini hamper satu jam lebih. Itupun kami memakai
jemputan mobil patroli, tapi bukan mobil patroli yang ada bangku memanjang di
belakangnya ya. Atuh kita nanti kita dikatakan kriminal, pelaku pencurian hati
seorang gadis, halah.
Kami sempat mampir dahulu untuk
berganti mobil di bawah kaki Gunung Rajabasa, gue serasa kenal tempatnya, hehe.
Sekitar jam 06:00 pagi sampai di kota Lampung, kami berhenti dekat pasar
Cimeng. Gila yah, ternyata narkoba legal disini.
Pasar Cimeng |
Mengenai kota Lampung ini
mirip-mirip seperti kota Sukabumi, jalan-jalan lebarnya standar untuk dua
mobil. Enggak ada bangunan yang sangat tinggi disini. Disini juga terdiri dari
banyak suku, ada dari Lampung asli, dari jawa, sunda, ataupun suku-suku dari
Sumatra atas. Bahkan waktu gue disini, banyak sekali yang bisa bahasa Sunda.
Setelah perut terisi, kami
kemudian melanjutkan perjalanan ke Teluk Kiluan. Sementara pak Chairil pindah
mobil untuk menunggu kelompok lain yang akan menggunakan jasa homestaynya juga.
Katanya sih lima orang dan semuanya cewek. Kemudian lapar, lapar kasih sayang.
Beberapa jam berlalu, jalan yang
tadinya mulus berubah jadi berbatu dan jalan berbabtu ini sangat panjang. Yang
tadinya sedang asik tidur dengan sangat terpaksa harus bangun. Disini kita
melewati jalan dipinggiran pulau Sumatra, jadi sesekali terlihat indah lautnya.
Hingga sekitar jam 11:00 siang kami sampai di sebuah gapura yang bertulisan “Selamat
datang ke Teluk Kiluan” langsung semuanya semangat.
Sampai di Teluk kiluan, terus
terang gue kecewa. Gue bilang dalam hati “ini???”. Jadi kondisinya seperti perkampungan
pinggir laut biasa. Dan untuk homestaynya standar seperti homestay pada
umumnya.
Setelah makan siang dan istirahat
sebentar akhirnya rombongan cewek-cewek lima orang itu datang. Sambil berlari
lalu mereka berteriak “aa adit! Aa adit!”, gue kaget dan
langsung nyempung ke teluk. Gue hanya gak bisa kalau di kejar-kejar begitu,
sabarlah aa adit belum siap. ;)
***
Jam 01:00 siang kami mulai
berangkat untuk snorkeling. Pikiran gue kita akan pergi ke tempat yang jauh
tapi ternyata cuma ke pulau yg di seberang dan gue juga baru tahu ternyata nama
"Kiluan" itu berasal dari pulau ini yang bernama pulau Kiluan.
Kami naik sebuah perahu kecil
dengan mesin di tengah-tengah perahu. Saran gue buat kalian yang mau kesana;
jangn duduk persis di belakang mesin perahunya karena yang loe dapet nanti
bukan udara laut tapi asap pembuangan mesin yang membuat loe mabok. Untuk jarak
dekat perahu ini berani untuk dinaiki sampai 8 penumpang, tapi kalau untuk ke
lautan lepas perahu ini hanya bisa dinaiki sampai 4 orang termasuk nahkoda.
Ramean di Perahu |
Di pulau Kiluan ini pasirnya
cukup empuk, kita bisa melihat warna hijau air laut karena beningnya. Di pulau
ini juga terdapat homestay, menurut gue kalau mau traveling kesini mending sewa
homestay atau mendirikan tenda di pulau ini. Karena keindahan dan suasananya
akan lebih terasa. Gue juga kalau kesana lagi pasti gue akan menggelar tenda
saja. Untuk homestay sendiri harus booking satu bulan sebelum kedatangan,
karena jumlah homestaynya terbatas.
Lari cepet ceritanya |
Gue, gue, gue gue, gue, gue, gue, gue dan gue |
Kemudian si pak Chairil datang
kembali setelah menjemput rombongan cewek-cewek dengan membawa alat-alat
snorkeling. Hampir semua alat snorkeling yang dibawa sudah enggak layak pakai,
masker bocor dan snorkel bocor. Satu-satunya yang berfungsi baik hanya fin
-__-. Jadi saran gue kalau loe punya alat snorkeling sendiri mending dibawa
saja atau kalau enggak punya mininal bawa kacamata renang biasa saja.
Tempat snorkeling sendiri
ternyata dipinggir pulau Kiluan ini, ini enggak banget karena gue keseret ombak
terus menerus. Bukannya melihat ikan tapi yang ada badan baret-baret karena
terkena karang. Bahkan temen gue si Fara celananya robek dan lututnya berdarah.
Memang ikannya lumayan banyak, di
bawahnya juga terdapat terumbu karang buatan berbentuk penyu dan bintang. Tapi
enggak berguna juga kalau kita enggak punya kamera underwater, karena disana
enggak ada yang menyediakan kamera underwater.
Ohiya untuk sekali datang ke
pulau ini kita dikenakan tarif Rp. 5.000,-.
Secara keselurahan yang bagus di
pulau ini adalah kempingnya dan pantainya saja. Untuk snorkelingnya gue bilang
kurang mengesankan walaupun disana ada terumbu karang buatan.
Setelah "kenyang"
snorkeling akhirnya kami berdiam di pulau sambil menunggu sunset.
Nunggu Sunset |
Sewaktu sunset kemudian kami
berfoto-foto sampai mabok, kebanyakan yang foto-foto adalah anak cewek bersama
pasangannya, gue mah jadi tukang foto saja. Hiks.
Jadi juru foro |
Sebelum sunset dan gue jadi juru foto |
***
Sesampainya di homestay kami
kemudian makan malam. Sedikit melakukan obrolan dengan rombongan cewek-cewek
tapi low respone. Ah yasudahlah, akhirnya kami ngobrol sambil bernyanyi sampai
malam.
Gue, Chinmenk dan Mehonk tidur di
tenda, sementara yang lain tidur di homestay. Dan ternyata enak tidur di tenda,
karena udaranya enggak pengap, hehe.
Minggu, 12 Oktober 2014
Gue bangun dengan badan encok,
melihat di luar ada si Mehonk yang sedang tidur dan sedang d ee-in burung. Gue
melihat keluar sudah begitu ramai, bahkan mamang perahupun sudah siap siaga di
pinggir pantai. "Bangun!, ayo ngeliat lumba-lumba!" Kata mamang
perahu. Gue mikir apa ini enggak kepagian? Lumba-lumbanya juga masih pada tidur
mungkin. Gue sendiri kalau tidur di tenda enggak biasa bangun pagi, paling pagi
jam 8:00 itupun masih diam-diam enggak jelas di dalam tenda, semacam enggak
berguna bangun pagi karena enggak ada pelangi. Karena pelangi itu cuma ada di
mata kamu, dan kamu sudah menjauhi aku. Halah.
Setelah semuanya bangun tidur
kemudian kami berangkat menuju lautan lepas. Satu perahu berisi 3 orang
penumpang dan 1 orang nahkoda, katanya kalau ke lautan lepas bebannya harus
dikurangi supaya enggak tenggelam. "Tunggu dulu!.." kata gue dalem
hati. Lautan lepas? Gue kira di pantai-pantainya, ternyata bukan. Ternyata
untuk melihat Lumba-lumba harus ke tengah lautan, yang pastinya loe harus
menerjang ombak dan terombang-ambing.
Disinilah kesalahan gue..
Sebelum berangkat gue enggak
minum antimo, juga enggak beol terlebih dahulu. Awal-awal menerjang ombak sih
gue semangat, semuanya berteriak kegirangan. Tapi lama-kelamaan mual, sudah
begitu ditambah lagi dengan panggilan alam di dalam perut dan pantat gue.
Satu jam pertama gue masih bisa
survive.
Ternyata mencari Lumba-lumba itu
enggak gampang, kita harus memutar-mutar lautan kesegala arah. Perahu yang gue
naikin sepertinya nahkodanya menghemat banget bahan bakar. Karena jalannya
lambat sekali, sewaktu sampai lokasi mungkin perahu yang lainnya langsung
pulang sambil bilang "Pulang yuk ah, udah 5 jam nih kita disini".
Sementara perahu gue baru sampai.
Hingga dua jam kita belum juga
melihat Lumba-lumba. Diantara puluhan perahu enggak ada satu perahupun yang
berhasil melihat Lumba-lumba, yaiyalah.. perahu kan enggak punya mata.
Maksudnya enggak ada satu orangpun yang berhasil melihat Lumba-lumba. Kampret
nih Lumba-lumba, enggak tau apa gue lagi nahan ee sambil keleyeng-keleyeng mau
jackpot!?. Lagian ngeliat Lumba-lumba pagi-pagi begini, kan masih pada mandi
atau masih pada tidur karena semalam nonton bola.
Kata mamang perahu "yah..
enggak ada Lumba-lumbanya..". Gue balas dalam hati "Peduli lah, gue
pengen boker! Pengen muntah!. Ke darat sekarang juga! Kampret!".
Kemudian seluruh perahu pulang ke
darat. Perahu gue berada di jajaran yang paling depan, gue sedikit tenang
karena nanti pas sampai di darat gue masih kebagian WC. Tapi tai banget, perahu
gue kesusul, dan gue sekarang ada di paling belakang. "Kampret loe mang! Gue
berakin juga nih perahu loe!" Dalam hati. Sementara temen gue yang di
depan malah tidur dan yang dibalakang udah lega saja karena dia barusan pipis
di kapal. Ohiya bagi yang belum tau, ternyata di kapal itu ada semacam gayung
kecil. Mungkin fungsinya selain buat mengeluarkan air yang masuk ke dalam
perahu, ternyata juga digunakan sebagai penampung pipis kalau lagi di laut.
Karena pasti susah kalau harus berdiri di perahu sambil ngacir.
Tapi sebelum ke darat gue melihat
sesuatu yang lumayan. Ikan-ikan kecil tiba-tiba meloncat dan muncul ke
permukaan, banyak banget. Kesimpulan gue sih itu karena mereka lagi di buru.
Tapi itu pemandangan yang keren menurut gue.
Penderitaan gue sebagai penahan
boker sempat ditambah lagi oleh si mamang perahu. Karena dia mendarat dahulu ke
pulau Kiluan untuk menjemput 2 orang yang mau ke homestay. Ah kampret memang.
Tiba di darat gue langsung ke WC,
dan WCnya penuh. Benar sekali prediksi gue. Tapi terima kasih buat pak Chairil
yang memperbolehkan gue memakai WCnya. Akhirnya semua itu keluar juga. Setelah
itu gue terbaring di kasur untuk mengembalikan energi chi yang hilang.
***
Sarapan telah tiba, kami langsung
melahap semuanya. Ini adalah energi terakhir kami sebelum ke laguna dan kembali
pulang ke Banten.
Setelah selesai melahap sarapan
pagi kami kemudian begegas untuk menuju laguna. Gue enggak inget apakah laguna
ini punya nama, tapi yang jelas laguna ini berada di seberang teluk yang nama
daerahnya adalah Bandung. Mungkin disini adalah kampung dari transmigran-transmigran
asal Bandung.
Setelah kapal berlabuh kami
kemudian mengkuti jalan ke sebelah kanan, hingga nanti disana ada papan
petunjuk jalan di sebelah kiri. Untuk masuk ke laguna kami dikenakan tarif
sebesar Rp. 5000,-. Sepertinya sekarang kemana-mana di tarif.
Kemudian kami memasuki hutan
pohon cokelat yang jalurnya adalah jalan setapak menanjak. Terlihat banyak
sekali pasir di pinggiran jalan, kata orang sana nantinya bakal dibuat jalan
beton untuk mempermudah akses.
Untuk mencapai laguna ini kita
harus mendaki bukit kemudian turun lagi ke pantai dan setelah itu melipir
pinggiran pantai melewati karang-karang. Waktu perjalanan untuk mencapai laguna
sekitar 30 menit.
Yang unik dari karang ini adalah;
tiap kali ombak menghempas, air lautnya akan masuk ke sela-sela karang sehingga
membuat bunyi-bunyian unik juga air mancur. Bahkan air mancurnya cukup tinggi
untuk di karang yang dekat dengan laguna.
Lagunanya sendiri besarnya
seperti kolam renang, yang pinggir-pinggir tertutup karang yang tinggi sehingga
air laut enggak bisa langsung masuk.
Sayangnya gue disini jadi juru
foto, foto gue yang bagus enggak ada disini. Hiks.
Air Muncrat |
Sidikit candid ke neng-neng manis |
Tapi gue sempet nyobain loncat
dari atas karang, rasanya asik banget!. Kalian yang mau kesana harus nyobain!.
Tapi jangan lama-lama disana soalnya kalau air laut pasang, bisa meluapkan isi
kolam. Temen-temen gue yang cewek (enggak tau deh kalau mereka menganggap gue
temen atau bukan, soalnya dari kelompok yang berbeda, hehe), mereka pada
tersapu air laut yang meluapkan laguna tadi. Akhirnya mereka yang berdiam diri
di pinggir laguna dengan maksud berfoto-foto doang jadi ikutan basah kuyup dan
tas-tas mereka yang disimpan di pinggir laguna basah semua. Mungkin itu yang
harus diwaspadai, apalagi waktu itu temen-temen gue dari rombongan yang lain itu
handphonenya basah semua karena kejadian tadi. Mengingat alat elektronik kalau
kena air apalagi air garam itu kecil kemungkinannya untuk bisa selamat.
Laguna |
Laguna lagi |
Di pantai sebelum laguna |
Karena laguna meluap tadi
akhirnya kamipun pulang ke homestay.
Setelah bersih-bersih dan
packing, kami langsung masuk ke mobil travel sambil berpamitan dengan yang
lain. Pamitan ke pak Chairilnya mah enggak penting, yang penting ke cewek-cewek
aja. Haha.
And we going home.
Gapura Teluk Kiluan |
Dalam beberapa menit bakso
langsung menghilang dari peredaran, gue masih lapar tapi uang sudah bokek. Untuk
trip ini gue menghabiskan sampai Rp. 550.000,- per orang all in. Lumayan murah
memang kalau dibandingkan ikut open trip.
Eh dapat kirim bakso dari si
Indry, bahagianya hati aku. Tapi gue sempet kaget pas ngeliat mangkoknya si
Indry. Bukan mangkok kutip ya!. Iya mangkok dia merah banget, entah berapa
banyak saos yang dia masukin. Keren gila nih cewek.
Enggak lama kemudian kami
melanjutkan perjalanan lagi ke pelabuhan Bakaheuni.
***
Senin, 13 Oktober 2014
Kami mendapatkan kapal Ferry yang
berbeda dari kami berangkat kemarin. Kapal Ferry ini konsepnya cukup lawas.
Yaitu bangku-bangku berjejer rapi untuk penumpang. Sementara penumpang yang
masuk ruangan VIP dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 10.000,- . Tapi kita
mendapatkan AC yang lebih dingin juga nonton film gratis.
Dan sesampainya di Pelabuhan
Merak kami kemudian pulang ke rumah masing-masing. Ohiya untuk biaya parkir
selama dua hari di pelabuhan Merak ini kami ditagih Rp. 64.000,-. Entah kami di
bohongi atau enggak. Tapi saran gue mendingan pakai kendaraan umum atau kalau
enggak motornya di titip di penitipan motor saja.
***
Thanks buat tim Pulau Kiluan;
Mehonk, Kebo, Fara, Indry, Chimenk dan Wahyu.
Untuk yang mau ke Teluk Kiluan menggunakan jasa Pak Chairil bisa menghubungi nomornya 0813-7769-5200. Saran gue sih mendingan mendirikan tenda di Pulau Kiluannya atau bagi yang enggak suka tenda bisa menginap di homestay di Pulau Kiluannya, tapi harus booking satu bulan sebelum.
Well keep exploring :)
Untuk yang mau ke Teluk Kiluan menggunakan jasa Pak Chairil bisa menghubungi nomornya 0813-7769-5200. Saran gue sih mendingan mendirikan tenda di Pulau Kiluannya atau bagi yang enggak suka tenda bisa menginap di homestay di Pulau Kiluannya, tapi harus booking satu bulan sebelum.
Well keep exploring :)
seru abis, pakai sisa ga yaa
ReplyDeleteMakasih ria :)
ReplyDeleteSisa apa ya?
seru sekali perjalanannya, jadi pengen jalan-jalan ke sana..
ReplyDeleteayo kesana :))
ReplyDeleteDetail buat pengeluaran nya dongs. Naik apa aja. Nginep dimana dan habis berapa. Tengkyu..
ReplyDeletekeren gan
ReplyDeleteMuter2 bingung cari Paket Wisata Karimunjawa Murah atau Paket Backpacker Karimunjawa yang super duper Hemat, atau mungkin cari Paket Honeymoon Karimunjawa di jamin masih bisa nego, Paket Private Couple juga ada kok atau sekedar mau cari Jadwal Kapal, Pesawat dan Tiket Kapal Karimunjawa telp dimari yach 085109333215 melayani 24 Jam
ReplyDelete