Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Manglayang 20 – 21 September 2014
Tepat seminggu sebelum dia berangkat ke Gunung Manglayang,
gue dengan berat hati enggak bisa ikut menemani dia. Ya memang juga gue enggak
diajak sepertinya. Sepertinya sekarang dia lebih senang mendaki dengan
teman-temannya. Hanjir najis sekali ini catatan perjalanan, paragraf pertama
langsung curhat cinta bertepuk sebelah tangan. Hahaha.. huek..
Akhirnya sekitar dua minggu setelahnya, gue melakukan trip
ke Gunung Manglayang bersama Irgi dan Acunk.
Berdasarkan pengalaman kami di pendakian sebelumnya,
ternyata berangkat hari Jumat malam itu kurang begitu menyenangkan. Karena
setelah sampai di Bandung, kami kebingungan untuk mencari tempat tidur.
Walaupun sebenarnya gue mempunyai banyak saudara di Bandung, tapi tetap saja
enggak mungkin kalau harus mengetuk pintu rumah tengah malam. Maka dari itu
kami memutuskan untuk berangkat ke Bandung pagi-pagi.
Sabtu, 20 September 2014
Diawali dengan kabur dari tempat kerja 3 jam sebelum waktu
pulang sebenarnya, gue kemudian menunggu bus jurusan Bandung di depan pintu toll
Serang timur. Satu jam kemudian bus tersebut muncul, sementara gue sudah lulus
jadi sarjana.
Gue kebagian bangku paling belakang dekat dengan toilet,
lebih tepatnya bukan bangku sih.. tapi penahan jendela belakang bus. Kemudian
kaki gue keram selama kurang lebih 4 jam. Kampret.. padahal bayar tiketnya sama
-__-.
Sampai di terminal Leuwipanjang gue sudah ditunggu Irgi dan
Acunk yang mereka berdua sudah jadi Master (S2). Salah sendiri datang pagi-pagi
sekali, haha. Setelah itu kami sarapan di warung makan dekat terminal.
Setelah itu kami beranjak menuju Halte di depan terminal
untuk menunggu Damri yang akan mengantarkan kami ke Jatinangor.
Tiba di Jatinangor menjelang dzuhur. Kemudian kami pergi ke
Indomaret untuk membeli logistik.
Gue Di Unpad |
Sempat bertanya-tanya ke mereka yang orang Bandung untuk
rute angkutan menuju kaki gunung, tapi sayang mereka enggak tahu. Terus kenapa
gue tulis di blog gue kalau mereka enggak tahu yah?. Intinya kalau orang
Bandung mungkin mereka lebih memilih untuk naik kendaraan pribadi daripada
kendaraan umum. Ini terbukti, soalnya si Acunk juga enggak hapal rute angkutan.
-__-
Akhirnya kami naik ojeg menuju desa Baru Beureum, tarif ojeg
sampai desa Baru Beureum sekitar 30.000,- Rupiah tergantung nego. Jarak yang
dilalui oleh ojeg Manglayang ini kalau dibandingkan dengan ojeg pas gue ke
Gunung Argopuro itu adalah setengahnya. Atau kalau yang ini jaraknya lebih
mirip naik ojeg kalau ke Gunung Cikuray.
Sampai di Desa Baru Bureum kami beristirahat di sebuah
warung sekalian makan siang dan sholat Dhuhur. Untuk tempat sholat sendiri
berada di bawah warung sebelah kamar mandi. Airnya lumayan banyak disini, jadi
sempatkanlah untuk beol disini karena di atas juga enggak ada mata air.
Sekitar jam 2 sore kami memulai pendakian.
Jalur Pendakian Via Desa Baru Beureum |
***
Trek diawali dengan jalan setapak melewati sungai kecil tang
kemudian mulai menanjak ektrim. Kemiringan seperti trek Gunung Guntur namun
kondisi tanahnya lebih padat. Jalur ini juga merupakan jalur air, jadi harus
berhati-hati kalau terjadi hujan. Pengalaman gue disini adalah baru sekitar
setengah jam berjalan, kami langsung diguyur hujan lebat. Air dari atas
mengalir seperti banjir bandang, dan "taraaaa.. jadilah sungai
dadakan". Lebih baik memijakan kaki di aliran air karena cengkraman lebih
kuat dan tanah lebih padat, dibandingkan di tanah yg enggak dialiri air itu
sangat gembur dan licin. Gue sendiri meluncur bebas sampai kurang lebih 2 meter
karena menginjak tanah gembur tadi.
Trek Baru Bureum |
Trek Baru Beureum |
Setelah satu jam jalanan mulai terdapat sedikit bonus trek.
Lumayan untuk meringankan beban dengkul songklek kayak gue. Hingga 1,5 jam
sampailah kami di puncak bayangan. Di puncak bayangan ini kita bisa melihat
pemandangan ke bawah sampai kurang lebih 180 derajat. Ada dua tempat untuk
mendirikan tenda, satu diatas yang merupakan puncak bayangan yang bisa
menampung 2 tenda dome 4 orang, sementara di bawah bisa menampung tenda dome
kapasitas 4 orang sampai 4 tenda namun kondisi tanah sedikit miring.
Kami mendirikan 2 tenda, karena
misscommunication si Acunk bawa tenda juga. Tapi kami sepakat kalau 1 tenda
dijadikan mushola saja sekalian kalau ada yang mau sholat Tahajud nanti malam
untuk minta jodoh.
Pemandangan malam di puncak
bayangan ini cukup keren, kita bisa melihat cahaya-cahaya lampu kota. Namun
tetap saja, aku enggak bisa melihat cahaya di matamu lagi karena kamu sudah
menjauhi aku. #KemudianGueNgemilRumput.
Tapi itulah sebabnya banyak yang
mendirikan tenda dan bermalam di puncak bayangan ini. Karena kalau di puncak tertinggi
Gunung Manglayangnya kita enggak bisa melihat pemandangan, katanya tertutup
oleh pohon-pohon besar. Seperti di puncak Gunung Pangrango.
Pemandangan Lampu Kota |
Setelah selesai makan malam, kami
kemudian tidur. Enggak bernilai sekali sepertinya kalau langsung tidur, tapi
enggak pedulilah karena kami sangat kelelahan. Maklum Antar Kota Antar
Provinsi.
Sayangnya kami enggak bisa tidur,
gara-gara pendaki AKAMSI (Anak Kampung Sini) yang mendirikan tenda tepat di
sebelah kami itu bernyanyi dan bergitar terus sampai jam 3 pagi. Sebenarnya sih
gue dan Acunk mah sudah tertidur lelap, cuma si kakak Irgi yang enggak bisa
tidur. Tapi setelah di protes oleh kakak Irgi, akhirnya si pendaki AKAMSI itu
berhenti. Yaiyalah jam 3 pagi, yang dugem aja jam segitu berhenti.
Yang membuat kami kesal selain
suara berisik yang menggau ekosistem tadi adalah; mereka membuat api unggun
dengan mengelupas kulit pohon-pohon yang masih hidup. Dan asap api unggunnya
langsung masuk ke arah tenda kami. Entahlah, sekarang banyak yang jatuh cinta
dengan kehidupan di gunung tapi mereka sama sekali enggak tahu ilmunya.
***
Minggu, 21 September 2014
Minggu pagi gue terbangun, si
Acunk sudah menghilang saja. Kalau gue pribadi pagi-pagi menghilang begitu
pasti pengen beol, tapi si Acunk ternyata lagi mengambil gambar buat timelapse.
Setelah semuanya bangun kami
kemudian menyiapkan sarapan pagi. Yaitu berupa pancake. Sebetulnya ada cerita
sedih di pancake ini. Jadi dahulu gue naik Gunung Argopuro, di Cikasur sewaktu
kami sarapan pagi dengan nasi pecel, sosis asam dan selada air, disebelah kami
memasak pancake dengan madu. Sangat jauh sekali perbedaannya, seperti supir dan
majikan. Nasib pendaki kere memang.
Akhirnya kami balas dendam!.
Tapi kami lupa membawa margarin
dan coklat/madunya. Dodol sekali memang, enggak kepikiran. Sebelumnya kami
tertolong dengan si emak pemilik warung yang di bawah untuk tambahan telurnya.
Kalau si emak enggak jualan telur mungkin pagi itu kami mengemut terigu saja.
Tapi kenyataan tidak sesuai
harapan. Ternyata makan pancake yang diberi sauce coklat padat yang di lelehkan
itu makan satu saja sudah kenyang. Sementara si Acunk membuat banyak. Jadi
enggak kemakan. Haha.
Dan setelah mabok pancake kami
langsung packing dan melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Manglayang
***
Jalanan kembali menurun untuk
selanjutnya kembali menanjak. Ternyata di turunan ini terdapat tanah datar yang
bisa dipakai untuk mendirikan tenda apabila di atas sudah penuh. Yang perlu
diperhatikan adalah kita melewati punggungan tipis, jadi pastilah di samping
kami adlah jurang. Jadi harus sedikit berhati-hati.
Kondisi vegetasi lebih lembab
daripada trek sebelumnya.
Kurang dari 30 menit sampailah
kami di puncak Gunung Manglayang.
Di puncak Gunung Manglayang ini
terdapat makam mbah Gunung Manglayang, jadi kalau bisa sempatkan untuk sekedar
membaca Alfatihah. Untuk kondisi puncak sendiri berupa tanah lapang yang luas,
disekitarnya terdapat pohon-pohon besar jadi keadaan disini cukup rindang.
Setelah cape karena berfoto dan makan siang kami kemudian
turun ke jalur Batu Kuda. Jalurnya tidak terdapat papan informasi jadi harus
hati-hati jangan sampai salah jalur. Kalau dari arah masuk ke puncak via jalur
Batu Beureum kita ke arah kiri. Jalurnya sendiri memiliki kemiringan yang
relatif sama dengan jalur Batu Beureum tapi kondisi jalurnya lebih lebar
sedikit.
Sekitar satu jam kurang kami sampai ke daerah yang banyak
sekali batu-batu besarnya. Katanya sih ini semacam prasasti atau peninggalan
jaman kerajaan. Hingga setengah kemudian kami sampai di area kemping ground
Batu Kuda. Area yang di dominasi cemara-cemara besar dan rindang. Terlihat
dimana-mana banyak sekali ABG yang berpacaran disini. Perasaan jaman gue ABG
gue enggak pernah kayak begini, gue malah diam saja di rumah ngerjain PR.
Kenapa? Ini semua enggak adil! Kembalikan masa ABG gue! Kembalikan!.
Akhirnya setelah pusing mikirin jaman ABG gue, gue kelelahan
dan kelaparan. Dan akhirnya kami makan mie rebus di warung.
Jalanan Menuju Camping Ground |
Setelah kenyang dan ganteng karena sudah mandi. Kamipun
bergegas untuk pulang.
Katanya sih disana banyak ojeg yang menunggu, tapi selama
kami berjalan kami tidak kunjung menemukan ojeg satupun.
"Maeunya lempang nepi ka Cileunyi?" Kemudian kami
galau.
Enggak lama kemudian ada Land Rover lewat, gue langsung
sigap memajang paha gue yang mulus ini. Tapi mereka kemudian muntah dan
langsung dirawat karena keracunan. Kok melihat doang keracunan sih? Gue juga
bingung.
Kamipun naik Land Rover tua itu.
Enggak lama kemudian Land Rovernya hampir terperosok ke semak-semak. Untung
saja mobil itu besi semua, jadi enggak terjadi apa-apa pada mobilnya. Untuk
penumpangnya bisa dikatakan jantungnya copot semua. Yah enggak apa-apalah.
Sekitar 45 menit sampailah kami di
Cileunyi. Gue langsung kepikiran bangaimana kalau jalan kaki? Nyampenya berapa
minggu kemudian ini?. Tapi terima kasih buat aa-aa Cileunyi yang sudah
membiarkan kami nebeng di mobilnya. Manteplah Land Rovernya.
***
Kemudian kami berangkat lagi ke
Leuwipanjang dengan menggunakan elf. Karena kelaparan kami akhirnya makan
tongseng di pinggir terminal. Tapi langsung enek ketika setelah selasai makan
kami mendengar total harganya 100.000,- lebih. Kampret teh, teu ngeunah ge.
Makanya hati-hati guys, karena tempat makan ini sudah kami blacklist. Untung
saja kami enggak berniat membakarnya.
Setelah kenyang dan memblacklist
tempat makan tadi, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.
Oke see you guys!
***
Ini dia video dokumentasi made by Acunk, mantap!
mantap bro, kalo pengen nyoba jalur pendakian manglayang yg lain bisa dilihat disini http://atrokpenmbusrimba.blogspot.co.id/2016/02/rute-jalur-gunun.html .
ReplyDeleteMuter2 bingung cari Paket Wisata Karimunjawa Murah atau Paket Backpacker Karimunjawa yang super duper Hemat, atau mungkin cari Paket Honeymoon Karimunjawa di jamin masih bisa nego, Paket Private Couple juga ada kok atau sekedar mau cari Jadwal Kapal, Pesawat dan Tiket Kapal Karimunjawa telp dimari yach 085109333215 melayani 24 Jam
ReplyDeleteom,waktu itu ada anjing peliharaan warga yang ganggu ga? kemaren kita cuman tracking aja sampe puncak bayangan,da mau sampe puncak kita takut kamera ahmmm 5D markIII saya kehujanan (sombong dikit) karna ga bawa tenda.tapi di tengah jalan kita di gangguin anjing kampung peliharaan warga yang kampungan juga,3 anjing langsung om.temen saya udah ampir di gigit,untung di tahan sama teteh yang punya nya.hadeuh
ReplyDeletewaktu kemaren sih enggak nemu yang bawa hewan peliharaan, kalau pas di gunung rakutak sih iya banyak banget.. untung bawa tramontina.. hehe
DeleteSumpah gue lagi khusyuk baca - baca - baca.. ngga taunya ini blog lo astaga Adiiiit keep writing ya!
ReplyDeleteMasih pemula nih gue lagi cari info tentang Manglayang
haha.. iya ray.. walaupun udah lama gak ngeblog nih
Deletewah sungguh menarik sekali perjalanannya mas untuk disimak hehe :)
ReplyDeleteDieng Tour
Thanks mas
DeleteThanks mas
ReplyDelete