Munyusuri Mini Green Canyon di Banten: Curug Putri




Pertama kali

Berjalan di sungai kecil, diantara celah sempit tanah lempung. Ini merupakan sensasi yang luar biasa. Terlebih lagi air sungai yang cukup bersih membuat kita enggak ragu buat membasahi raga ini yang sudah lama kering karena enggak pernah disinggahi cinta (Eaaaa).

Seperti itulah yang gue rasain saat pertama kali mendatangi air terjun yang paling cantik di daerah Carita, Banten ini.

Terkenal lewat sosmed, sontak air terjun ini membuat para "curug lover" penasaran. Karena air terjun ini mempunyai keunikan tersendiri, terlebih buat gue pribadi curug ini sangat dekat dengan tempat kerja gue, jadi gue semacem punya kewajiban untuk mencicipi air terjun ini.

Karena diantara temen-temen deket gue pada belum pernah ada yang kesana kemudian kita bingung berjamaah, terlebih lagi enggak mungkin untuk meng-tag posisi kita lewat GPS karena kalau di air terjun ini kemungkinan kita dapet sinyalnya itu kecil. Jadi posisi yang diperlihatkan di peta itu enggak akurat. Akhirnya gue nanya ke adek kelas gue yang kebeneran aja baru kesana.

"Di atasnya Curug Gendang Tong, jalan paling 15 menit dari Curug Gendang". Kata adek kelas gue.

"Oke, thanks ya". Bales gue. Padahal gue juga gak tau Curug Gendang itu dimana, cuma memang Curug Gendang itu cukup sering banget gue denger dari mulut temen-temen gue. Yaiyalah.. masa denger dari lubang idung temen-temen gue?. Bener juga ya.. kok gue jadi kepikiran ya, gimana kalau ada orang ngomong tapi lewat idung ya? ..wkwkwkwk (ngomong sendiri).

Jadi Curug Gendang ini cukup terkenal banget di jaman dulu, cuma karena jaman dulu gue enggak terlalu suka maen di air terjun, jadinya gue belum pernah kesana. Tapi karena berpikir kalau curug Gendang ini terkenal, maka enggak bakalan susah dong buat nemuinnya?. Tinggal tanya aja, ya kan?.

Setelah ditelusuri ternyata lokasinya ada di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Banten. Yang pintu masuknya sebelum kondom...minium Carita. Setelah sampai di Tahura Banten, gue bandingin dengan Tahura Bandung, ternyata jauuuuuh banget!. Tahura Banten ini kayak rumah kosong tanpa perabotan, enggak ada promosi, enggak ada resto, kurang nyaman-lah tempatnya.

Di gerbang masuk kita ditagih biaya masuk sekitar 10.000 Rupiah. Kemudian kita menyusuri jalan beton menuju curug Gendang dan curug Putri, tinggal ikuti saja papan petunjuknya. Diujung jalan beton kemudian kita melalui jalan berbatu. Kalau mau kesini, mending pake motor kecil saja atau pakai motor dengan ban tahu. Jangan motor dengan ban drek, karena itu buat diminum, bukan buat di jalan. Buat mobil, kalau city car enggak rekomended deh.. kalau bisa pake angkot, karena angkot pasti bisa melewati jalur apa aja dan kayak gimana aja. Hehe.

Hingga dua puluh menit sampailah kita di area parkir yang lumayan luas. Area parkirnya sudah di paving block dan disekitarnya banyak terdapat warung. Kita dapat menitipkan kendaraan kita disini dan mulai treking menyusuri jalan setapak. Harus hati-hati karena jalan setapak ini berada dipinggiran jurang, jadi diusahakan pake sendal/sepatu gunung jangan pake sendal jepit karena mudah terpeleset. Sekitar 20 menit sampailah kita di Curug Gendang.

Area parkir
Papan Petunjuk
Jalur treking
Dari Curug Gendang kita harus berjalan lagi sekita 15 menit untuk menuju rest area Curug Putri. Di rest area itu terdapat warung dan camp pengelola yang menyediakan pelampung.

"Buat apaan nih pelampung?". Kata gue, karena kan gue udah punya pelampung yang built in.

"Dalem A disananya.." Kata pengelola.

Yaelah.. daleman juga rasa cinta gue.

Memang kita kita menyusur sungai untuk mencapai curug Putri ini terdapat bagian yang cukup dalam, cukup berbahaya kalau belum bisa berenang. Walaupun dulu dalam bentuk sperma kita semua jago berenang, tapi dalam bentuk manusia belum tentu. Jadi stay safe guys.

Aa Fahmi lagi nemplok
Eneng Debbie lagi bergaya
Santai
Curug Putri
Dan seperti yang telah gue ceritain dia awal paragraf tentang sensasi curug Putri, seperti itulah yang gue rasain saat pertama kali kesana.

Tapi..

Semua itu berubah

Ketika gue kesana untuk yang kedua kali. Padahal belum ada satu tahun jaraknya.

Gue melihat sungainya lebih kotor, batu-batu yang tertata aneh menurut gue menghilangkan kesan alami. Bahkan bagian yang tadinya dalam menjadi dangkal karena mereka mengurugnya dengan tanah. Mulai banyak tulisan-tulisan alay di dinding tanah lempungnya, seperti; "Papah sayang mamah" atau "Aku pengen kawin".

Gue bilang "What the faaaak! ...gue juga pengen kawin! kenapa elu nulis duluan!!??"

Uang yang dipungut sebagai tarif masuk curug Putri di rest area curug Putri sebesar 15.000 Rupiah itu buat apa?. Mereka menyebut diri mereka pengelola curug Putri tapi yang mereka kelola itu cuma uang tiket masuk saja. Tambahannya cuma mengontrol pelampung yang dipinjam dan ngebantuin di daerah sungai yang dalem aja. Selebihnya cuma ngerusak dan juga membiarkan orang lain merusak karena mereka enggak punya peraturan sama sekali.

Curug Gendang
Bahkan sampah yang tertinggal saja mereka acuh.

Gue jadi berpikir tentang curug Gendang. Dulu curug ini menjadi primadona banget, bahkan gue sempet ngebaca di blog teman gue. Dia sampai mengasih judul "Surga yang tersembunyi itu bernama Curug Gendang", itu sekitar 7-8 tahun yang lalu. Sekarang yang gue lihat itu enggak jauh lebih mirip dari sungai Cisadane, begitu coklat dan banyak banget sampah. Bedanya cuma disini terdapat air terjun setinggi 10 meter saja.

Sampah pertama mendorong orang lain yang datang di kemudian hari untuk ikut menyampah.

"Buang disini ajalah, itu juga banyak sampah"

Terus menerus sampai tempat itu menjadi sangat kotor.

Yah.. berharap saja semoga di kemudian hari pengelola dan pengunjung bisa lebih peduli lagi tentang lingkungan.


Maret 2016



***
Septermber 2016






Comments

Popular posts from this blog

Bagusan Model Sepatu Jaman Dulu!

Catatan Perjalanan Gunung Patuha; Kawah Yang Terlupakan

Mengakali "Life Hack" Colokan di Luar Negri