Trail Running di Gunung Pinang - Serang


Beberapa bulan ini gue mulai lari lagi. Tapi lama kelamaan mulai terasa bosan. Terus yaudah deh gue beli Batagor. Terus gue lari lagi.

Enggak deng. Jadi gue udah beberapa bulan lari atau lebih tepatnya sih jogging, karena pace masih diatas sepuluh menit. Tetapi ternyata lumayan kerasa di badan, jadi lebih enggak gampang capek. Ya sekalian menurunkan berat badan juga, karena berat badan gue ada di obesitas level 2 dan itu cukup bikin stress. Karena terakhir kali medical check up kemarin banyak sekali yang nilainya diatas. Kalau mahasiswa mah pasti senang, nilainya diatas semua. "Wah kolesterol saya nilainya A!"

Kembali lagi ke lari. Karena tiap kali lari tempatnya disitu-situ terus dan alun-alun juga di lockdown karena Omicron merajarela. Akhirnya gue merasa bosan.

Hingga suatu hari gue liat postingan teman gue di Instagram. "Eh apa-apaan nih!? Ternyata di Sentul ada jalur buat trekking sama trail running!?. Gue yang orang Bogor kok enggak tau!!?". Hal ini membuat gue makin penasaran dan ingin mencoba. Tetapi karena masih ribet urusannya kalau pulang ke Bogor dan enggak tau kapan bisa pulangnya?. Akhirnya gue mencari-cari trek yang ada di sekitaran Kota Serang dan memang itu-itu aja, enggak berkembang sama sekali.

Tapi sebagai pemanasan gue akhirnya memutuskan untuk ke Gunung Pinang dulu.

Gunung Pinang ini ada di antara Kota Serang dan Kota Cilegon. Memang sudah terkenal dengan trek sepeda downhill-nya. Biasanya juga tiap weekend selalu ramai.

Pagi itu gue berangkat ke Gunung Pinang. Sampai di warung yang di bawah, gue langsung pesen kopi. Si Ibu pemilik warung tanya "Sendirian aja dek?". Gue jawab "Enggak punya temen saya disini mah bu, disini mah temennya palsu semua!". Si Ibu pemilik warung langsung menjawab.. "Hah!? Kenapa de?". Kemudian gue memilih untuk menyeruput kopi saja.

Selesai satu gelas kopi dan berbatang-batang rokok, akhirnya gue memulai untuk lari. Jangan lupa untuk pemanasan terlebih dahulu. Dan yang paling penting lagi, ini sangat sangat penting. Jangan lupa bayar tiket masuk ke kawasan Gunung Pinang, tarifnya Rp. 15000.

Pos tiket masuk

Kemudian gue mulai lari. Cuaca mendung tapi tidak hujan menemani gue kala itu. Udaranya juga sejuk karena banyak pohon-pohon tinggi. Jalannya berupa aspal yang terkelupas, di beberapa titik malah berupa makadam.

Gue kadang berhenti buat minum dan menikmati pemandangan. Gak banyak sih, cuma setiap lima menit sekali.

Jalur makadam

Di perjalanan gue melihat ternyata sekarang jalur sepeda downhill-nya sudah banyak sekali. Kalau dahulu sewaktu gue nyobain trek sepeda downhill ini, treknya cuma ada satu saja. Di atas juga sekarang banyak warung, tempat duduk, toilet dan mainan anak seperti ayunan dll. Ada spot foto juga dengan pemandangan laut utara Banten.

Warung dan mainan anak-anak

Pemancar Gn. Pinang

Setelah selesai menyeruput teh manis hangat, akhirnya gue kembali lagi ke bawah. Kali ini beneran lari, karena kan ke bawah. Tapi memang jalan makadamnya cukup licin apabila selesai hujan. Gue anjurkan sih jangan pake sendal hotel, karena kalau pake sendal hotel. Kitanya harus ke hotel dahulu, baru dapet sendal hotel.

Jarak bulak-balik Gunung Pinang ini sekitar 4.2 km. Pendek memang jaraknya, tapi lumayan kerasa untuk saya yang sudah bukan ABG lagi.

Data lari

Mungkin kedepannya gue bakalan nyoba jalur sepeda yang All Mountain. Tapi di weekday, biar enggak ada sepeda yang lagi meluncur.

Pelari tapi sering jalan


Comments

Popular posts from this blog

Catatan Perjalanan Gunung Patuha; Kawah Yang Terlupakan

Bagusan Model Sepatu Jaman Dulu!

Mengakali "Life Hack" Colokan di Luar Negri