You Jump, I Jump: Rope Jumping di Padalarang



Padalarang terkenal sekali dengan wisata tebingnya. Setelah tebing Citatah (panjat tebing), Stone Garden yaitu tempat yang terdiri dari banyak batu kapur yang mencuat, hammock atau spider web diantara tebing-tebing dan satu lagi adalah rope jumping di jembatan Mandalawangi yang ada di Padalarang.

Awal pas gue diajak teman gue Ray, gue pikir.. "Ah.. loncat doang mah bisa lah.." waktu itu perbandingan gue adalah ketika gue loncat di air terjun atau jembatan kecil di sungai. TERNYATA... KAU SANGAT SOMPRAL SEKALI HAI ANAK MUDA!!!. Detailnya ada di cerita ini.

Dari tiga orang yang mau berangkat, akhirnya cuma gue dan Ray yang berangkat. Kita juga ngajak yang lain sebenernya, cuma terkadang mereka terlalu banyak berpikir yang akhirnya enggak jadi.

Gue ketemuan sama Ray di satsiun Bogor. Sebenarnya kita satu kereta, tapi beda gerbong karena beda stasiun keberangkatannya. Sewaktu sampe di stasiun Bogor, Ray nge-Whatsapp gue.. "Dit, gue enggak puasa.. ngantuk banget, ngopi dulu ya". Tapi pas ketemuan si Ray mengurungkan niatnya buat ngopi karena takut kena macet di jalan. Dalam hati gue "Padahal gue juga ingin ngopi". Hahahaha.

Berangkat dengan menggunakan Uber ke Gadog, Ciawi, dari sana kita kemudian naik bus ke Padalarang. Harga tiketnya gak jelas, gue sih mikir kalau waktu itu kita ditembak dengan seharga 30rb per orang. Harga segitu sebelumnya sudah sempat gue tawar dari 40rb, pas gue tawar si kernetnya langsung bilang "oke". Dalam hati gue "Fak! kayaknya bisa lebih murah lagi ini..".

Bus melaju cepat karena waktu itu jalur ke Puncak, Bogor cukup lenggang. Mungkin karena pagi hari, bulan puasa juga tengah bulan makanya masih lenggang. Sampai di Cianjur bus ngetem cukup lama, kira-kira 1 jam. Karena enggak ber-AC, suhu di dalam bus jadi panas plus lembab karena keringet. Niat gue yang mau tidur karena memang kurang tidur jadi gagal, terlebih karena bangku busnya yang tegak dan super licin. Sementara si Ray sepertinya sudah bermimpi dari tadi, tahan banting juga dia.

***

Perjalanan dari Cianjur ke Padalarang pinggiran ternyata banyak titik macetnya. Untungnya enggak ketahan lama, jadi kita masih bisa ngejar waktu.

Gue putusin kita turun di jembatan Rajamandala, yaitu jembatan yang letaknya di perbatasan Cianjur dan Kabupaten Bandung Barat. Alasannya; yang pertama biar kita bisa tahu ketinggian jembatan, yang ternyata tinggi banget anjir!. Kedua karena di Google Maps ada mesjid dan Indomaret, jadi gue pikir bisa istirahat dulu, bersih-bersih sambil ngadem di Indomaret. Yang ketiga karena memang bus yang kita naikin itu enggak ngelewat ke jalan Mandalawangi.

Akan tetapi kenyataannya Mesjid dan Indomaret yang ada di peta itu ternyata hoax, iya kayak janji setia kamu, hoax ..eaaa. Pada akhirnya kita cuma foto-foto dan jalan-jalan gak jelas di sepanjang jalan, sampai akhirnya kita minta dijemput sama orang-orang yang nyediain wisata rope jumping-nya.
Dijembatan Rajamandala

***

Sampai di jembatan Mandalawangi (gue liat di Google Maps sih gak ada namanya, jadi gue sebut saja sesuai nama jalannya) kita juga lihat ke bawah jembatan. Ternyata tinggi banget! agak pendek sih tapi tetap tinggi.

"Elu yakin Ray?" tanya gue.

"Kagak.. pulang saja yuk" jawab Ray.

"Jiahaha.." emot ketawa sampai nangis.

Butuh waktu yang lumayan lama buat penyedia rope jumping buat masang semua peralatannya. Terlihat ikatan tali banyak banget, buat mastiin kalau semuanya aman. Tali buat menopang kita-pun jumlahnya empat. Mungkin mereka tahu kalau yang dateng itu gue, klasifikasi kelas berat. Akhirnya mereka pasang empat tali sekaligus. Haha.

***

Makin lama menunggu makin besar keinginan kita buat cancel ngeloncat. Tapi makin lama pula pengunjung semakin banyak. Kalau gak jadi loncat, bisa disorakin rame-rame ini. Pilihan yang sulit.

Hingga tiba giliran si mamang-mamang penyedia rope jumpingnya yang jadi orang pertama terjun, mungkin sekalian nge-test semuanya aman atau enggak. Kalau enggak aman, ya minimal pingsan lah.. wkwkwk.

Seketika mau ngeloncat, tapi si mamang mundur lagi. Begitu selama beberapa kali.

"Kalau yang masangnya enggak berani loncat, apalagi kita!?" kata gue dalam hati. Kemungkinan sih si Ray juga mikirnya begitu.

Kemudian si mamang ngeloncat. Ini adegan paling ekstrim menurut gue. Kalau kita cuma lihat di video atau foto sih mungkin bisa bilang "Ah cetek.." tapi pas disana langsung setengah lemes.

Akhirnya setelah terombang-ambing di bawah jembatan si mamang naik kembali dengan muka pucat dan energi cakranya terserap habis, lemas, pucat kayak yang sudah naik gunung berhari-hari cuma makan mie yang digadoin. Ohiya, disini naik kembali ke jembatannya itu dengan sistem katrol, jadi kita di tarik sama banyak orang.

***

Tiba giliran Ray. Tadinya sih si Ray minta gue duluan, tapi karena gue ini pria gentleman jadi gue persilahkan cewek duluan. Yup! "Ladies first".

Ray kemudian ngambil handphonenya.

"Ngapain lu?" kata gue.

"Ngasih tahu keluarga gue dulu.." kata Ray.

Kemungkinan sih kayaknya ngasih wasiat, takut kenapa-kenapa. Semacem kayak begini mungkin..

"Farah mau loncat nih, farah sudah enggak kuat lagi ngeliat mantan-mantan farah sama cowok barunya.. maafin farah ya semuanya". Iya.. kayaknya sih begitu isi smsnya.

Wajah panik mulai terpancar ketika si Ray memakai full body hardness. Makin bertambah pucet ketika dia berdiri di sisi luar jembatan, di batang baja besar yang di bawahnya sudah enggak ada apa-apa lagi, langsung sungai yang jauh banget. Beberapa kali dia mundur kembali, kemudian ngumpulin keberanian lagi. Gue sih ketawa-tawa saja ngeliat ekspresinya. Hahaha.

Enggak lama kemudian dia ngeloncat, tapi loncatnya seakan pasrah begitu. Seperti orang yang ngeliat gebetannya jadian sama orang lain. Duh..

Dari kejauhan kemudian terdengar suara teriakan. Kemudian gue sedikit hening.. karena tahu kalau setelah ini adalah giliran gue.

Sampai ke atas jembatan si Ray kelihatan sedikit pucat juga. Gue jadi makin ingin balik ke rumah saja.

"Rasain saja lu nanti sama lu Dit!" kata si Ray..

"Demm.." 50% adrenalin meningkat, 50% jiper juga ini gue.


***

Full body hardness sudah terpasang di badan gue yang semok ini. Baru pakai hardness saja sudah deg-degan. Kemudian gue berdiri di samping jembatan. Gue liat ke bawah.. "Anjir.." kemudian mundur. Gue liat lagi ke bawah, "Duh.. kuat kagak ya?". Enggak lama kemudian gue terjun bebas.

Ternyata hal yang mengerikan itu bukan cuma pas pertama kali terjun saja. Tapi pas saat di bawah kita mengayun kencang beberapa kali. Pas waktu mengayun itu paling berasa banget darah ngalir semua ke otak gue. Pusing dan mual kemudian. Cumen bedanya kalau sudah di bawah kita cuma bisa pasrah saja.

Di bawah jembatan
Pas gue kembali naik ke jembatan, makin bertambah mual saja. Tapi jujur itu asyik banget. Cumen sayang saja gue waktu itu lagi puasa, jadi enggak bisa minum buat ngilangin mual. Gue sih ngebayanginnya kalau enggak pas bulan puasa itu minumnya es campur, kemudian ada gorengan juga sama kopi. Beuh.. mantap!.


***

Karena gue sama Ray sudah gak mau ngeloncat lagi. "Sudah cukup! jangan paksa gue lagi!" semacem itu. Akhirnya yang selanjutnya loncat adalah mamang-mamang yang dari yang pasang talinya lagi, tapi beda orang.

Beberapa kali percobaan, ternyata si mamang itu gagal loncat. Padahal dia yang pasang (emot kesel).


Menurut gue beda sih nekatnya antara melepaskan dan meneruskan. Yang gue tahu mamang-mamang ini adalah dari komunitas panjat tebing. Kalau manjat kan meneruskan, berjuang, enggak pasrah. Sementara kalau rope jumping kan lebih ke melepaskan, pasrah. Walaupun adrenalinnya sama saja menurut gue.

Pas ganti dengan orang yang lain juga ternyata dia enggak berani ngeloncat juga. Haha. Hingga sampai sore banget akhirnya mereka nge-clean semua karena enggak ada yang mau ngeloncat lagi.

Kemudian gue sama Ray pamit ke si mamang-mamang itu, untuk menuju Bandung. Eaaa.. Bandung lagi! padahal baru minggu kemaren kita dari Bandung.

Buat yang mau loncat, tarifnya 450rb. Tapi bisa loncat lebih dari sekali tergantung kita. Orang-orangnya pada baik dan ramah. Mereka juga profesional, jadi enggak usah takut. Recommended lah..

***

Comments

  1. suka the beatles juga?

    ReplyDelete
  2. Kak, nanya dong. Ini kalo kesana harus pesen/booking dulu ato langsung aja??

    ReplyDelete
  3. Hi Mas, Tulisannya sangat bagus dan menarik minat saya untuk coba nih heheheh.
    Seperti pertanyaan diatas, apakah kita harus book dulu, dan jam operasionalnya dari pukul berapa ya?

    Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf baru balas, sudah lama enggak update blog. Untuk detailnya bisa DM langsung ke orangnya. IG-nya @afdalfirdaus1

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bagusan Model Sepatu Jaman Dulu!

Catatan Perjalanan Gunung Patuha; Kawah Yang Terlupakan

Mengakali "Life Hack" Colokan di Luar Negri