Transportasi umum dan segala kekurangannya
Hari ini gue terkejut dengan abang supir angkot yang memberikan
kembalian kepada gue 1000 rupiah dari uang yang gue kasih ke dia 5000 rupiah.
“4000?” kata gue. Terus si abang supir bilang “Iya” sambil langsung tancap gas.
“Kampret!!!”.
Memang sudah lama gue enggak pernah naik angkutan umum. Tapi
waktu itu rasanya kayak ditipu mentah-mentah. Padahal jarak yang gue tempuh
sangat pendek.
Kedua kalinya ketika gue naik angkot dari Pandean ke Ciracas
yang jaraknya paling cuma tiga menit. Gue kasih 2000 rupiah, kemudian si supir
langsung protes. “Berapa tuh pak!? Tambahin dong sekarang mah jauh-dekat
4000!”. Gue langsung membalas “4000!? Buset! Nih gue tambahin 1000 aja!”. Orang
lain mungkin ngeliatnya gue kok pelit banget sih dengan uang 2000 rupiah
doang?. Tapi masalahnya bukan “doang”, masalahnya seperti elo beli buah, tapi
ternyata asem dan busuk.
Berkat angkot yang tarifnya 4000 rupiah itu gue gagal
ketemuan sama cewek gue. Pelayanan tariff elo yang naik itu mana? Bullshit!
Malah ngetem lama banget. Terus kalau elo bilang “jauh-dekat 4000 rupiah”
kenapa gue dari Cilegon ke Serang tarifnya 8000 rupiah?. Kata elo jauh dekat
sama, tapi kalau jauh elo minta tambah. Tai!.
Lagian kalau dilihat dari fluktuasi harga bensin. Seharusnya
harga bensin turun, tariff elo juga turun. Ini malah harga bensin naik tariff
ikut naik, harga bensin turun elo enggak mau turunin tariff.
Mungkin itu sebabnya orang lebih memilih kendaraan pribadi.
Enggak ngetem lama dan pengeluaran Cuma mengikuti harga bensin aja.
Tapi liat efeknya, jalanan jadi tambah padat, macet
dimana-mana juga polusi dimana-mana.
Inilah yang gue pikir kesalahan dasar Negara Indonesia.
Transportasi umum tapi dimiliki oleh umum, bukan pemerintah. Yang ada hanya
kejar setoran, cari untung.
Gue juga sadar, mungkin awalnya pemerintah ingin membuat
penduduk yang tinggal di pelosok tetap bisa mobilisasi. Tapi ternyata banyak
penyakitnya (angkutan umum ini), yang sudah mengakar dan susah buat dihilangin.
Keinginan gue sekarang adalah, semua orang punya kendaraan
masing-masing aja biar angkutan umum enggak laku. Sebagai solusinya para supir
ex supir angkutan umum diberikan tawaran pekerjaan alternatif atau kompensasi
dari pemerintah. Setelah itu angkutan umum dikuasai oleh pemerintah. Tujuannya
bukan untuk cari untung, tapi menyediakan alat transportasi untuk mendukung
mobilitas penduduk yang professional dan cepat.
That is it!.
Comments
Post a Comment