RINJANI Part 6: Sisa-sisa tenaga



Hari ke tiga di danau sagara anak. Semuanya menyambut pagi dengan gelisah. Karena ini hari kami pulang. Rasanya semua orang ingin terus tinggal disini. Cumen sayang, logistik udah menipis. Terlebih duit dan cuti juga terbatas.

Setelah menyiapkan sarapan kami kemudian berkempul di sepanjang flysheet. Gw, haqi, cucu, anjar, iqbal, ka wiwit, bedu, bang dedi, a ijal, hari panca. Semuanya berkumpul dan makan bareng.

Sungai adalah hambatan kami yang pertama sebelum mencapai pelawangan Senaru. Semuanya pada copot sepatu kecuali gw sama haqi. Gw cuma ngeri licin aja karena banyak banget lumutnya. Juga emang males sih buka-buka sepatu lagi. :D

Dia adalah dynoboy, dia sedang membuka sepatunya. Padahal si anjar ini bawaannya banyak banget, nekad aja buka sepatu padahal lumut-lumut di sungai itu lumayan tebel. Eh bener aja.

Gubyaaar. Suara orang kecebur.

Seluruh badan si anjar basah, langsung semuanya pada ketawa. Si bang dedi malah lebih parah lagi.
"Ntar dulu njar, gw foto dulu" kata bang dedi.

Si anjar langsung bergaya. Padahal handphone pada basah semua. -__-

***

Perjalanan kemudian melipir di pinggir-pingir danau. Sesekali kami bertemu dengan orang bule. Satu-satunya kata yang gw bisa cumen "Hello". Haha. Tapi baguslah, daripada gak bertegur sapa sama sekali.

Sekitar 30 menit kemudian kami mulai memasuki hutan jalan berubah menjadi tanjakan ekstrim. Jantung berdetak cepat, dengkul mulai terdengar bunyi-bunyian. Terlihat seorang porter yang sedang kelelahan.1 Sepertinya dia porter baru, jadi belum tau selahnya. Atau tongkat yang dia pake belum dijampe-jampe. Atau tongkat yg dia pake udah dipegang sama cewek, jadi kesaktiannya ilang.

Kami berhenti di sebuah batu, kemudian terlihat kaka cucu dan anjar. "Lho si haqi kemana cu?" Kata gw. "Lagi ee dulu" kata cucu.

Pantes dari tadi di jalan sering keluar bau-bau aneh. Karena menurut gw, ee yang ditahan itu kemudian akan menyublim menjadi gas ee atau yang biasa disebut "kentut".

Lalu kami melewati jalan bekas longsor. Jalan setapak sedikit tertutup batu longsoran, jadi harus hati-hati. Tak lama kemudian kamu sampai di sebuah batu-batu besar. Disana ada anak tangganya kalau gak salah, atau pengaman tepian seperti di tangga. Entahlah gw lupa. Beberapa menit kemudian kita sampai di pelawangan senaru.

Dynoboy menuju Plawangan Senaru
Sagara Anak di longsoran jalur Plawangan Senaru

Disana ada yang jualan. Dari makanan sampai minuman. Tapi harganya selangit. Untuk coca-cola kaleng saja dihargai 20rb. Emang sangat sulit untuk membawanya ke atas, jadi ngepek ke harganya.

Sementara yang lainnya menelpon pacar dan orang terdekat, gw bengong aja ngeliatin danau. Nyokap gw dihubunginpun enggak bisa. Tapi tiba-tiba ada sms dari "S", gw bahagia banget. Cumen tetep aja, cewek ngehubungin gw itu cumen ada dua kemungkinan. Kalau enggak mau minjem equip ya nannyain trek/akomodasi gunung. Kampret, mereka pikir gw rental+guide apa?. Sedih memang.

***

Gw dan iqbal berada di depan. Kaki-kaki kami gak bisa nahan godaan jalan turun itu. Setelah di pelawangan senaru tadi trek menjadi turunan lurus.

"Bal lari bal!" Kata gw.

Langsung kita berdua lari seperti orang stress.

"Bal! Gw gak bisa ngerem nih bal!" Kata gw.

"Sama bang!" Sahut iqbal yg posisi mau nyusruk tapi gak jadi.

Beberapa menit kemudian kita sampe di sebuah pos. Gw lupa pos berapa. Dengan kaki ngebul sakit-sakit semua kuku kakinya.

Pos di senaru gak sama kayak pos di sembalun. Pos disini lebih kokoh dengan struktur kayu. Udah gitu lumayan luas. Keren deh senaru.

Gak lama kemudian kita jalan bareng lagi. Di pos berikutnya kami makan siang dan istirahat sebentar. Hutan lebat mulai menyambut kami. Suasana menjadi menyeramkan. Belum lagi waktu itu udah hampir magrib. Sementara persediaan air sudah habis. Gw lupa di pos berapa. Namun di pos itu ada mata air, tapi cukup jauh menuruni jurang-jurang.

Kaki gw udah gak sanggup lagi, tapi gw paksain. Gw, haqi, iqbal menjadi yang pertama dan perlahan-lahan berpisah dengan yang belakang. Waktu itu kami sudah melewati pos 2 dan berharap sekali langsung sampai pos 1 kemudian basecamp.

Di remang-remang si haqi berteriak "pos 1 hoy!". Langsung semua bersemangat. Tapi langsung lemas saat membaca tulisan di papan petunjuk yang tulisannya.

"POS 1,5"

"Kampret! Apa-apaan nih!?" Gw protes.

"Kenape ada pos setengah segala!????" Yang lainnya nambahin.

Tapi apa boleh buat kami harus melanjutkan perjalanan lagi. Hingga tibalah kami di sebuah gapura yang menunjukan itu desa senaru. Langsung semuanya tersenyum manis. "Peradaban nih peradaban". Namun.. (jreng jreng) di GPS gw menunjukan kalau basecampnya masih jauh. Bahkan gak jauh dari situ ada sebuah bale-bale yang diisi oleh mapala makasar yang sebagian udah pada tidur. Salah satunya bangun dan dia sempet bilang.

"Basecamp masih jauh bang, istirahat aja dulu disini" kata salah satu anggota mapala makasar itu.

Gw liat GPS, masih beberapa km lagi memang. Tapi gw mikir kita punya logistik apa? Udah gitu pagi harinya masih harus jalan lagi pula. Sementara grup bekasi sama bandung juga harus buru-buru ke bandara ngejar pesawat. Yaudah gw putusin untuk terus gerak.

Di belakang kaka cucu udah keliatan sangat pucat. Kayaknya udah sampai batas kemampuan dia. Keril dia pun akhirnya dibawa anjar. Sementara anjar juga udah nunjukin mimik mau tumbang.

Gw, haqi sama iqbal jalan di depan dan udah mulai sempoyonyan. Persediaan air kami udah abis. Gak lama kemudian kami sampai di sebuah rumah, disana ada sebuah bangunan kotak keatas yang disampingnya terdapat pipa-pipa paralon. Dari atas batuan kotak itu mengucur air. Setelah kami menaruh keril di sebuah pelataran rumah warga buat nunggu yang lain dateng. Gw, haqi kemudian menganga di samping batuan kotak tadi. Terus meminum airnya.

"Beuh! Ini aer paling seger yang pernah gw minum qi!". Kata gw.

"Lebih seger dari yang di gunung ini mah tong" kata haqi.

Kemudian kami ngambil botol aqua buat nampung airnya. Iqbalpun ikut menganga.

Gak lama kemudian seorang nenek-nenek keluar ngeliatin kita. Kita langsung panik. Diliat nenek-nenek itu gak bawa gayung. Wah berarti aman. Kemudian kita minta ijin buat minta air.

Suara dari kejauhan, ternyata itu kaka anjar dkk. Kemudian kami langsung nyodorin air yang super seger made in senaru tadi. Sejenak kami istirahat di bale-bale itu. Di GPS ternyata basecamp cuma beberapa meter lagi. Kemudian kami melanjutkan perjalanan.

"Akhirnya nyampe juga!!!" Entah siapa yang bilang.

Kemudian yang lain sibuk ngeluarin hp buat di charge. Hadeuh.. hp di pentingin.

Setelah lapor dan makan malam di rumah makan seberang basecamp. Kami berpisah dengan grup bekasi sama bandung. See you later guys, see you in elevation :).

Karena tulang kami sudah sangat songklek, dan setelah tanya-tanya ternyata di belakang tempat kami makan tadi ada penginapan. Maka kami mutusin buat nginep disana. Nginep di kasur empuk dan mandi biar wangi. Hehe.

Perjalanan besoknya kami ke gili trawangan. Tapi gak akan gw ceritain disini karena ini udah kepanjangan. Ohiya dari senaru ke kota itu ada angkutan kalau pagi.

That is all.

with team Lombok


***

Thanks to:

God, my family, my friend, temen yg ketemu pas pendakian.

Team Jabodetabek+Cilegon:
Gw (Aditya Gustaman)
Fachriza Haqi
Cucu Mulyaningsih
Ginanjar Wahyu
Dodi Siswoyo

Team galau from surabaya:
Iqbal Tawakal

Team bekasi:
Bang Dedi
Mbak Wiwit
Bedu

Team bandung
A ijal
Hari Pantja (gw lupa siapa namanya) :D

Comments

Popular posts from this blog

Bagusan Model Sepatu Jaman Dulu!

Catatan Perjalanan Gunung Patuha; Kawah Yang Terlupakan

Mengakali "Life Hack" Colokan di Luar Negri