Pemandian Citaman Dan Mistisnya Batu Goong 25 November 2015



Ada banyak pemandian di tempat gue tinggal sekarang ini (Banten). Ada pemandian air panas dan ada pemandian air dingin. Yang paling terkenal adalah pemandian Cikoromoy. Tapi menurut gue sekarang Cikoromoy ini udah enggak asik lagi. Kenapa? Karena warung-warungnya udah makin banyak, yang  berkorelasi dengan jumlah sampah yang masuk ke dalam kolam dan kolam di Cikoromoy ini berbagi air sama kolam ikan, jadi ya sedikit bau-bau amis gitu. Terakhir yang bikin malea adalah jumlah pengunjungnya udah terlalu banyak, jadi kayak mandi di kubangan, lama-lama malah keruh.

Atas dasar alasan itulah akhirnya gue mencari pemandian air dingin yang lain. Setidaknya masih sepi lah.. dan kalau bisa sih yang banyak ceweknya gitu, biar hidup gue berwarna. Soalnya monokrom banget sekarang. "Stabiloin hidup gue! Stabiloin sekarang juga!".

Akhirnya ketemu pas gue maenan Instagram, nama tempatnya Citaman, sekitaran Padarincang, Menes. "Wah boleh nih..". Kemudian gue kumpulin para jejaka untuk memulai petualangan ini.

"Banyak alesan!"

Yang tadinya di grup pada siap semua, pas hari H malah pada enggak bisa. Ada alesan start up lah, ada janji lah, mencret lah.. akhirnya kami yang berniat touring pakai motor jadi ganti pakai mobil karena cuma beberapa batang doang.

"Si ichan gak jadi ikut!, mencret katanya" kata gue.

"Udah samperin aja! Gak ada alesan" kata si Ali.

Kemudian klakson mobil berbunyi di depan rumah si Ichan dan keluar deh orangnya. Masih sehat bugar dan kayak baru bangun tidur. Dasar cowok semuanya pembohong!.

Karena udah di skakmat di depan rumah, akhirnya mau enggak mau si Ichan harus ikut. Kami langsung berangkat lagi buat menjemput si Rabil yang sudah menunggu lebih dari 2 jam. Semangat sekali dia.

Setelah mengangkut Rabil di rumah bang Boks, gue kemudian langsung tancap gas melewati jalur Jalan Lingkar Cilegon melewati Anyer dan Carita.

Di Anyer kami sempat berenti terlebih dahulu untuk membeli nasi padang dan cemilan. Temen-temen gue sadis semua karena mereka pada makan sedangkan gue nyupir. Derita mamang supir. Tapi akhirnya disuapin juga sih sama mamang Ali. Co cwit.

Jalan lurus terus sampai melewati pantai Carita. Sebelum bank BJB ada pertigaan, kita belok ke kiri ke jalan Raya Jiput Caringin. Dari jalan ini lurus terus sampai dengan Citaman. Pertigaan Citaman ini enggak ada patokan yang mencolok, hanya saja letaknya enggak jauh dari pertigaan pasar. Kalau bisa di pertigaan pasar ini kita tanya-tanya dahulu ke penduduk sekitar.

Nanti kita masuk jalan sempit di sebelah kanan, ada dua tujuan disini. Kita memilih kolam Citaman yang dekat dengan Batu Goong jangan pilih kolam Citaman yang ada di resort. Bukannya kenapa-kenapa sih.. cuma mahal aja kalau resort mah.

Jalanan terus ke kiri hingga sampailah kita di sebuah pos ticketing. Disana ada lahan parkir yang cukup luas, mungkin bisa memuat sampai 8 mobil. Sementara kalau motor bisa masuk lebih dalam lagi. "Masuk lebih dalam lagi?" Kok kata-kata gue jadi aneh ya?. Masuk ke dalam melalui jalan setapak dengan sungai kecil di sebelah kanannya.

Sebelum masuk, kami ngobrol dengan penjaga pintu masuknya. Dari awal gue sama temen-temen udah ngerasa sesuatu yang enggak beres disini. Dia maksa mau nganterin kita ke kolam Citaman ini, padahal kita udah tolak tapi dia tetep maksa. Akhirnya kami jalan barengan sama si bapak guide mistis itu, kenapa kami sebut "si bapak guide mistis"? ini dia sebabnya.

Sepanjang perjalanan si bapak ini cerita enggak berhenti-berhenti, tentang kerajaan masa lampau, kisana banget nih, indosiar banget. Gue inget banget pas gue nanya "pak, ini yang di depan gunung aseupan bukan ya?". Kemudian dia jawab "itu gunung dari abad ke-2". Seketika gue sama temen-temen yang lain langsung bingung..

"Stress nih orang" kata gue dalam hati.

Kemudian gue, Rabil dan Ali langsung mundur ke belakang. Sementara kami umpankan si Ichan untuk menanggapi obrolannya. Kayaknya mereka cocok deh, cie… Ichan cie…

Obrolan si bapak guide mistis mulai menyambung ke dunia mistis. Mistis yang di campur kepercayaan leluhur tapi tetap membawa sedikit agama. Rasanya aneh saja. Mulai saat itu kami cuma ngomong "oh gitu.. ya..ya..ya.." padahal dalam hati ngomongnya "bodo amaaaat!".

Kita melewati jalan setapak sekitar 20 menit. Hingga sampailah di kawasan pemandian Citaman. Air di kolam alami ini juga berasal dari sumber air alami di bawah kolam. Airnya jernih dan tidak berbau, berbeda dengan Cikoromoy yang airnya sudah mulai berbau amis dan banyak sampah.

Di pemandian ini terdapat 3 kolam bertingkat. Yang paling jernih airnya adalah yang tingkat pertama (yang paling atas). Mungkin karena kolam kedua dan ketiga ini menerima hasil "buangan" kolam pertama, entah itu keringet ketek yang asem atau yang lain. Sulit ngebayanginya.

Di tempat ini juga ada penyewaan ban, gue rekomendasiin banget deh buat sewa ban, biar makin seru seperti yang kami lakukan. Ada videonya yang menurut gue koplak banget, cuma enggak mau gue share ah. Pemandangan perutnta enggak enak dilihat banget.

Pakai Ban Dalam Truk

Underwater


Enggak usah khawatir bagi kamu yang tukang jajan, disini ada warung. Enaknya enggak banyak kayak di Cikoromoy, jadi enggak terlihat sembrawut. Kopi, mie rebus, rokok dan gorengan tersedia semuanya di warung. Kamu enggak usah khawatir.

Setelah puas bermain-main si Ichan mengajak kami untuk melihat batu Goong. Sekalian kesini, sekalian aja lihat. Daripada nantinya penasaran. Sementara si Ali memutuskan enggak ikut, ngomongnya ngejagain tas. Padahal mah bilang aja mau memantau cewek-cewek seksi yang baru dateng.

Tadinya gue mau ganti baju dulu, tapi si Ichan sepertinya sudah enggak sabaran.

"Udah tong, kayak gini aja kesananya.. deket ini. Daripada nanti keringetan lagi."

Gue berpikir, benar juga nih si Ichan. Ya sudah.. akhirnya kita pergi ke batu Goong dengan menggunakan celana pendek doang, bertelanjang dada dan bertelanjang kaki alias nyeker. Beberapa menit kemudian kita sadar bahwa itu adalah kesalahan fatal.

Melalui jalan setapak ke arah bukit. Kaki-kaki kita sudah disiksa oleh batu-batu kerikil tajam. Sepuluh menit kemudian kita memasuki hutan dan secara spontan kami bilang "anjiiiiir! Tau gini mah pake baju dulu aing!". Punggung kami seakan jadi sasaran empuk para nyamuk. Entah sudah berapa puluh bekas gigitan nyamuk. Sepanjang perjalanan kami sibuk menepuk punggung, muka, dada dan betis. Sementara si bapak yang mengantar kami terus menceritakan tentang sejarah batu Goong. Dari abad ke dua sampe presiden Soeharto katanya pernah kesini meminta wangsit. Makin lama omongan ai bapak guide mistis kami pikir makin ngawur, tapi untuj menghormati beliau kami "iya"-kan saja setiap omongan beliau. Padahal dalam hati kami bilang "bodo amat!"

Jalan Setapak

Makin ke Dalam Hutan

Sekitar 5 menit sampailah kami di sebuah bangunan mirip pos polisi. Di bawah pos itu terdapat beberapa batu berbentuk goong dan satu batu berbentuk gendang. Kata si bapak guide mistis, batu ini pada malam-malam tertentu dapat berbunyi selayaknya goong dan gendang. Gamelannya mahluk gaib, begitu katanya. Kami sih tetap berkata "bodo amat" dalam hati.

Batu Goong


Karena darah kami sudah habis disedot oleh nyanuk-nyamuk, kami kemudian kembali lagi ke pemandian Citaman untuk kemudian kembali pulang.

Thanks to bapak guide mistis yang telah mengantarkan kami. Tapi tolong cerita aneh-anehnya sedikit dikurangi pak. Soalnya ceritanya ngawur kemana-mana.

Comments

  1. Boleh nanya gak klo naik angkutan umum dari kota serang ke pemandiaan citaman naik apa ya, ane dari tangerang gan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa dengan naik bus murni ke arah menes, tapi dari pertigaan pasar menes harus menggunakan ojeg

      Delete
    2. Bisa dengan naik bus murni ke arah menes, tapi dari pertigaan pasar menes harus menggunakan ojeg

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Mantap gan, info yg luar biasa mantap,gokil,memacu semangat buat kesono,,,lohhhwkwkwkwkw

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bagusan Model Sepatu Jaman Dulu!

Catatan Perjalanan Gunung Patuha; Kawah Yang Terlupakan

Mengakali "Life Hack" Colokan di Luar Negri