Pendaki Gunung
Mendaki gunung pada masa kini menjadi hobi yang umum. Melihat kondisi gunung-gunung di indonesia maupun dunia saat ini sudah sangat mudah. Rata-rata gunung sudah sangat sering didaki sehingga memiliki jalur yang jelas dan lebar. Papan petunjuk dan shelterpun sudah banyak disediakan untuk para pendaki.
Hanya dengan bermodalkan kaki dan tas yang berisi perbekalan saja orang-orang dengan mudah dapat menggapai puncak gunung.
Selama bertahun-tahun dan banyak gunung yang gw daki. Gw bertemu bermacam-macam pendaki gunung yang memiliki aturannya masing-masing. Ada yang mendaki atas nama organisasi ada juga yang mmendaki atas nama kelompok sendiri.
Tapi menurut gw ada beberapa sikap dan aturan yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendaki. Menurut gw pribadi, diantaranya adalah:
Hanya dengan bermodalkan kaki dan tas yang berisi perbekalan saja orang-orang dengan mudah dapat menggapai puncak gunung.
Selama bertahun-tahun dan banyak gunung yang gw daki. Gw bertemu bermacam-macam pendaki gunung yang memiliki aturannya masing-masing. Ada yang mendaki atas nama organisasi ada juga yang mmendaki atas nama kelompok sendiri.
Tapi menurut gw ada beberapa sikap dan aturan yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendaki. Menurut gw pribadi, diantaranya adalah:
Pendaki gunung itu tidak pernah mengeluh karena lamanya perjalanan atau karena jalanan yang curam atau karena cuaca.
Ketika gw naik gunung sering kali gw mendengar ucapan "masih lama gak?", "gak uat gw kalau nanjak kayak begini", "panas banget, mau mati rasanya" dll. Yang seharunya itu semua sudah diketahui oleh pendaki itu sendiri. Kondisi medan, cuaca dll.
Pendaki gunung itu selalu mempersiapkan dirinya sebelum naik gunung. Dari segi fisik, informasi gunung yang akan di daki, perlengkapan dan juga melatih keterampilan yang wajib dimiliki pendaki gunung (survival, majemen perjalanan, tali-temali, SAR dll.).
Seperti poin sebelumnya. Kalau kita sudah tahu kondisi alam di tempat yang dituju maka kita seharunya lebih tau apa yang dipersiapkan. Tidak secara instan dan berprinsip "biar surprize". Karena dampaknya langsung ke nyawa kita sendiri.
Pendaki gunung itu selalu menghormati adat-istiadat setempat. Walaupun itu bertentangan dengan adat si pendaki gunungnya sendiri.
Sebisa mungkin menerima adat dari tempat yang akan kita kunjungi, selama tidak bertentangan dengan kemanusiaan. Contohnya tidak mengejek prilaku, aksen dari penduduk yang kita kunjungi.
Pendaki gunung itu selalu memprioritaskan temannya dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Pendaki gunung seharusnya mempunya prinsip "jangan sampai gw menyusahkan orang lain". Tapi kalau orang lain membutuhkan kita, kita siap membantu.
Pendaki gunung itu tidak pernah merasa dirinya hebat dengan naik gunung.
Banyak orang yang gw tahu mereka merasa hebat setelah dirinya menaiki gunung. Menyombongkan dirinya dengan cerita daan foto-foto.
Pendaki gunung itu menikmati alam. Melihat, mendengar, mencium dan merasakan. Tidak mengotori dan merusak alam.
Tentu saja tujuannya adalah melihat, mendengar, mencium dan merasakan. Bukan untuk vandalisme di tengah gunung, bermesraan dengan pasangan atau mengotori dengan sampah yang dibawa.
Gw pribadi kayaknya jauh dari semua poin diatas. Teman-teman yang pernah mendaki bareng gw mungkin tahu. Gw orangnya dapat berubah menjadi tempramen ketika sudah larut malam dan kita masih belum sampai di tujuan , juga ketika gw bersama teman yang tidak membawa peralatan dasar mendaki. Gw juga sering malas membawa sampah kembali kebawah, gw lebih sering malah membakar atau menguburnya. Gw juga kadang terlalu mementingkan diri gw sendiri. Gw juga gak begitu mengerti dengan tali-temali, cuma tau sedikit tentang survival dan PPGD.
Yang jelas gw berharap gw dan teman-teman lainnya menjadi lebih baik di kemudian hari.
Yang jelas gw berharap gw dan teman-teman lainnya menjadi lebih baik di kemudian hari.
Comments
Post a Comment