Ciremai: Bakso Kusno, Dynoboy Dan Counterpain Bagian 1
Cerita berawal dari bulan maret 2012, kami yang terdiri dari gw sendiri Adit dan teman gw Haqi. Berniat untuk latihan simulasi untuk pendakian rinjani kami nanti. Awalnya kami berniat untuk pergi ke TNGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango). Maka dibuatkan lah rencana menuju TNGP. Setelah berunding, kami pikir untuk mengajak orang lagi dalam tim kami. Gw juga berpikir dengan penglaman gw yang sudah empat kali kesana mungkin tidak akan begitu menyulitkan kami disana nantinya.
Tim kami bertambah dengan kehadiran Chae, Nunu, Iqbal, Indah dan Bally.
Suatu saat gw menelpon teman gw yang bernama Cucu, sedikit curcol (curhat colongan) juga. Bagi gw Cucu itu seperti kakak gw, dia baik dan tidak sombong. Gw sendiri juga sebenernya ingin sekali punya kakak perempuan, mengingat di keluarga gw semuanya cowok dan itu yang membuat garing kehidupan. Tentulah kalau ada Cucu pasti ada Anjar. Sohib gw yang satu ini juga menjadi orang yang terperangkap dalam siksaan si Ergo Dyno seperti gw. Tapi dia lebih kuat dari pada gw. Mantaaaap!
Beberapa hari kemudian di twitter di penuhi dengan kicauan kami. Dari planning sampai bully.
Kemudian berita tidak menyenangkan datang.
Booking kami di TNGP ternyata tidak direspon, dan kami tidak kebagian jatah pendakian. Memikirkan hal ini teman gw Haqi dan Anjar kemudian "membanting stir". Sementara gw masih sakit hati dan pikiran karena kehilangan kamera DSLR Canon 600D gw, dan gw hanya bisa terdiam menunggu planning dari mereka saja.
Pilihan bermunculan, Haqi meminta pendapat gw. Dia mengusulkan pergi ke Burangrang, kata gw "ini simulasi Qi, masa Burangrang?". Sombong sekali gw waktu itu. Dan akhirnya gw mengusulkan untuk pergi ke gunung Ciremai atau Merbabu saja.
Pilihan bermunculan, Haqi meminta pendapat gw. Dia mengusulkan pergi ke Burangrang, kata gw "ini simulasi Qi, masa Burangrang?". Sombong sekali gw waktu itu. Dan akhirnya gw mengusulkan untuk pergi ke gunung Ciremai atau Merbabu saja.
Pilihan telah ditetapkan, akhirnya kami memilih mendaki gunung Ciremai saja. Karena memperhitungkan waktu dan anggaran kami juga. Gw sendiri pernah mendaki gunung ini sekitar enam tahun yang lalu melewati jalur Apuy. Dan sekarang kami berencana untuk menaki melewati jalur Palutungan - Linggarjati. Disebutkan dari info yang kami baca, bahwa jalur Palutungan ini track-nya cukup panjang dan menghabiskan banyak waktu, sementara jalur Linggarjati sangat terjal.
Pada hari kamis tanggal 5 April, gw pergi ke Cilegon untuk mengambil packing Chae dan sedikit Briefing perjalanan kita naanti. Pada malam harinya gw pulang lagi ke Serang dan gw bingung packing nya bagaimana. Kemudian gw tinggal tidur saja.
Bus haus penumpang dan pembeli headlamp
Hari jumat tanggal 6 April gw terbangun, dengan ruang tengah di rumah yang acak-acakan dan belum di packing. Memgingat tidak ada plastik sama sekali di rumah, gw jadi bingung mau mulai darimana. Kemudian gw tidur lagi.
Selesai packing sore hari, gw janji ketemuan di kota Serang dengan teman-teman yang lain jam 4:00 sore. Tapi karena gw teringat dengan pengalaman gw waktu ke Burangrang dahulu dengan Iqbal. Dimana gw janjian jam 5:00 pagi, yang ternyata bus baru sampai kota Serang jam 7:00 lebih. Maka Berangkatlah gw jam 5:00 sore. Di tengah jalan Haqi menelpon, katanya dia sdah nyampe pintu toll. Wah.. gaswat!. Dan akhirnya kupacu sepeda motorku, jarum jam tak mau menunggu, maklum rindu. Bang Iwan. Kemudian gw berlari mengejar bus Primajasa Merak - Kp. Rambutan. Dengan kewalahan membawa si Ergo Dyno dan si Hikeholic, tapi kemudian Haqi turun untuk membantu.
Tiba di Rambutan kami bertemu dengan Benny. Beliau adalah yang paling senior diantara semua, semuaa dapat terlihat jelas dari raut mukanya. Hahaha.
Perut kami yang sudah keroncongan sudah tidak sanggup lagi menahan lapar. Kami bergegas pergi mencari tempat makan yang masih menyediakan lauk pauk di kala hari sudah malam. Dari kejauhan terlihat pasangan romantis melambaikan tangannya, mereka adalah Cucu dan Anjar. Dari kejauhan mereka terlihat sangat besar bahkan Anjar, dia membawa tas ransel Dyno 70+5 liter disertai tas depan juga tas kamera sementara Cucu membawa 35 liter namun versi besar. Lalu kemudian mereka juga ikut makan.
Tidak lama kami selesai makan, gw dan Anjar masuk ke terminal untuk mencari bus jurusan Kuningan. Belum kami masuk lebih jauh ke dalam terminal, ternyata bus ke Kuningan sudah dalam posisi take off. Cukup beruntung, lalu gw dan Anjar naik ke dalam bus. Pelan-pelan kami mengangkut "kulkas" kami ke dalam bagasi bus, dan kami masuk memngambil posisi di dalam bus. Anjar dan Cucu di kursi satu baris sebelum bagian belakang, sementara yang lainnya di bagian paling belakang bus.
Tidak di kira ternyata bus "mengetem" cukup lama, hingga Anjar memutuskan untuk pergi ke Lotte Mart untuk membeli headlamp. Ada bagian yang di sensor disini karena gw sangat tidak suka menceritakannya. Jam terus berlalu, bus yang kami naiki seakan membeku di depan gerbang terminal. Hingga kemudian anjar datang dengan santainya. Sebelumnya gw sempat mengirim sms kepada Anjar, untuk membelikan gw rokok karena pada hari itu gw merasakan hari begitu ingin cepat berlalu. Tapi apa boleh buat ternyata Anjar cukup perduli dengan kesehatan gw, jadi dia tidak membelikan rokok. Padahal mah LUPA.
Kemudian kami menuju Pasar Rebo, Cucu mengidam ingin dibelikan anggur kepada Anjar, sementara Chae yang tidak mendapatkan headlamp akhirnya membeli headlamp di dalam bus dengan harga super murah dengan nyala yang cukup membuat wajah Anjar termanyun.
Dan akhirnya bus yang kami tumpangi beranjak pergi.
Bus atau ELF Sukabumi?, obat anti kantuk dari kakak Benny dan POS yang salah
Dan inilah yang dilakukan kakak Benny, sepertinya dia tidak rela apabila kami tidur nyenyak. Kakak Benny terus-menerus melontarkan guyonannya, yang membuat kami yang tadinya tertidur kembali terbangun untuk tertawa. Dan bukan cuma itu, Sepertinya kakak Benny berkomplot dengan supir bus untuk membuat kami tetap terjaga hingga subuh. Bus yang kami tumpangi seperti sedang balapan di F1 namun di jalur rally, berulang kali kami terbangun karena hentakan yang sangat dasyat. Berhubung kami duduk paling belakang, yang menyebabkan kami sangat merasakan getaran itu. Seperti yang melayang ke udara dengan wajah kaget karena mendadak terbangun dari tidurnya. Dan sebagian dari kami akhirnya memutuskan untuk ronda di dalam bus tadi.
Entah berapa lama bus kami melaju tapi kemudian berhenti pada sebuah warung, beberapa dari kami keluar untuk membuang muatannya. Halah.. paragraf gak penting!. Tapi disinilah awal mula dari perjanjian sakral antara Indah dan kakak Benny.
Sekitar jam 3:00 pagi kami diturunkan di sebuah perempatan, dengan wajah yang bingung beberapa dari kami mulai bertanya-tanya.
"Lha koq terminal kayak begini yah?"
"Mana terminalnya?"
Kemudian mendapatkan penjelasan bahwa bus yang kami tumpangi tersebut sebenarnya sudah lewat dari garis finish (overlap).
Dengan cepat kami memikirkan cara, yang kebetulan disana ada angkot yang sudah beroperasi. Kami berniat menyewa angkot sampai tujuan kami, yaitu basecamp Palutungan. Di jalan kami berhenti dahulu ke sebua Alfamart untuk membeli logistik. Sekitar subuh kami akhirnya sampai di Palutungan. Keadaan yang masih gelap membuat kami kebingungan mencari basecamp. Keadaan waktu itu gelap, sepi dan dingin. Dipenuhi pohon-pohon cemara yang sangat tingggi dan terdapat bayak sekali warung-warung. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat pada salah satu warung.
Kemudian kami beristirahat di sebuah balai yang terdapat di warung. Sebagian mulai mengeluarkan barang bawaannya, sebagian lagi bersiap untuk tidur. Beruntungnya warung yang kami singgahi itu membukakan pintu dan menawarka balai yang lebih hangat di dalam. Maka para cewek berpindah tempat ke dalam. Sementara gw tidur di luar dengan muka gw yang gw tutupin buff sepeda untuk menghindari dingin.
Pagi menjelang, beberapa dari kami sudah bangun. Sementara si Chae dengan berani-beraninya mandi dengan air dingin khas pegunungan. What the!!!?. Sementara Haqi dan kakak Benny yang mendapat info kalau basecamp terletak di bagian bawah sekali. Bergegas menuju basecamp untuk registrasi.
Beberapa dari kami yang lain makan dan membuang hajatnya. Tanpa disadari Haqi kembali dengan berita mengejutkan.
"Jalur buat naeknya ternyata di bawah bro! jauh banget!". What the!!!??.
Maka setelah selesai sarapan kami bergegas menuju basecamp yang nyatanya memang cukup jauh sekali. banget! banget! banget!
Bus haus penumpang dan pembeli headlamp
Hari jumat tanggal 6 April gw terbangun, dengan ruang tengah di rumah yang acak-acakan dan belum di packing. Memgingat tidak ada plastik sama sekali di rumah, gw jadi bingung mau mulai darimana. Kemudian gw tidur lagi.
Selesai packing sore hari, gw janji ketemuan di kota Serang dengan teman-teman yang lain jam 4:00 sore. Tapi karena gw teringat dengan pengalaman gw waktu ke Burangrang dahulu dengan Iqbal. Dimana gw janjian jam 5:00 pagi, yang ternyata bus baru sampai kota Serang jam 7:00 lebih. Maka Berangkatlah gw jam 5:00 sore. Di tengah jalan Haqi menelpon, katanya dia sdah nyampe pintu toll. Wah.. gaswat!. Dan akhirnya kupacu sepeda motorku, jarum jam tak mau menunggu, maklum rindu. Bang Iwan. Kemudian gw berlari mengejar bus Primajasa Merak - Kp. Rambutan. Dengan kewalahan membawa si Ergo Dyno dan si Hikeholic, tapi kemudian Haqi turun untuk membantu.
Tiba di Rambutan kami bertemu dengan Benny. Beliau adalah yang paling senior diantara semua, semuaa dapat terlihat jelas dari raut mukanya. Hahaha.
Perut kami yang sudah keroncongan sudah tidak sanggup lagi menahan lapar. Kami bergegas pergi mencari tempat makan yang masih menyediakan lauk pauk di kala hari sudah malam. Dari kejauhan terlihat pasangan romantis melambaikan tangannya, mereka adalah Cucu dan Anjar. Dari kejauhan mereka terlihat sangat besar bahkan Anjar, dia membawa tas ransel Dyno 70+5 liter disertai tas depan juga tas kamera sementara Cucu membawa 35 liter namun versi besar. Lalu kemudian mereka juga ikut makan.
Tidak lama kami selesai makan, gw dan Anjar masuk ke terminal untuk mencari bus jurusan Kuningan. Belum kami masuk lebih jauh ke dalam terminal, ternyata bus ke Kuningan sudah dalam posisi take off. Cukup beruntung, lalu gw dan Anjar naik ke dalam bus. Pelan-pelan kami mengangkut "kulkas" kami ke dalam bagasi bus, dan kami masuk memngambil posisi di dalam bus. Anjar dan Cucu di kursi satu baris sebelum bagian belakang, sementara yang lainnya di bagian paling belakang bus.
Tidak di kira ternyata bus "mengetem" cukup lama, hingga Anjar memutuskan untuk pergi ke Lotte Mart untuk membeli headlamp. Ada bagian yang di sensor disini karena gw sangat tidak suka menceritakannya. Jam terus berlalu, bus yang kami naiki seakan membeku di depan gerbang terminal. Hingga kemudian anjar datang dengan santainya. Sebelumnya gw sempat mengirim sms kepada Anjar, untuk membelikan gw rokok karena pada hari itu gw merasakan hari begitu ingin cepat berlalu. Tapi apa boleh buat ternyata Anjar cukup perduli dengan kesehatan gw, jadi dia tidak membelikan rokok. Padahal mah LUPA.
Kemudian kami menuju Pasar Rebo, Cucu mengidam ingin dibelikan anggur kepada Anjar, sementara Chae yang tidak mendapatkan headlamp akhirnya membeli headlamp di dalam bus dengan harga super murah dengan nyala yang cukup membuat wajah Anjar termanyun.
Dan akhirnya bus yang kami tumpangi beranjak pergi.
Bus atau ELF Sukabumi?, obat anti kantuk dari kakak Benny dan POS yang salah
Dan inilah yang dilakukan kakak Benny, sepertinya dia tidak rela apabila kami tidur nyenyak. Kakak Benny terus-menerus melontarkan guyonannya, yang membuat kami yang tadinya tertidur kembali terbangun untuk tertawa. Dan bukan cuma itu, Sepertinya kakak Benny berkomplot dengan supir bus untuk membuat kami tetap terjaga hingga subuh. Bus yang kami tumpangi seperti sedang balapan di F1 namun di jalur rally, berulang kali kami terbangun karena hentakan yang sangat dasyat. Berhubung kami duduk paling belakang, yang menyebabkan kami sangat merasakan getaran itu. Seperti yang melayang ke udara dengan wajah kaget karena mendadak terbangun dari tidurnya. Dan sebagian dari kami akhirnya memutuskan untuk ronda di dalam bus tadi.
Entah berapa lama bus kami melaju tapi kemudian berhenti pada sebuah warung, beberapa dari kami keluar untuk membuang muatannya. Halah.. paragraf gak penting!. Tapi disinilah awal mula dari perjanjian sakral antara Indah dan kakak Benny.
Sekitar jam 3:00 pagi kami diturunkan di sebuah perempatan, dengan wajah yang bingung beberapa dari kami mulai bertanya-tanya.
"Lha koq terminal kayak begini yah?"
"Mana terminalnya?"
Kemudian mendapatkan penjelasan bahwa bus yang kami tumpangi tersebut sebenarnya sudah lewat dari garis finish (overlap).
Dengan cepat kami memikirkan cara, yang kebetulan disana ada angkot yang sudah beroperasi. Kami berniat menyewa angkot sampai tujuan kami, yaitu basecamp Palutungan. Di jalan kami berhenti dahulu ke sebua Alfamart untuk membeli logistik. Sekitar subuh kami akhirnya sampai di Palutungan. Keadaan yang masih gelap membuat kami kebingungan mencari basecamp. Keadaan waktu itu gelap, sepi dan dingin. Dipenuhi pohon-pohon cemara yang sangat tingggi dan terdapat bayak sekali warung-warung. Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat pada salah satu warung.
Kemudian kami beristirahat di sebuah balai yang terdapat di warung. Sebagian mulai mengeluarkan barang bawaannya, sebagian lagi bersiap untuk tidur. Beruntungnya warung yang kami singgahi itu membukakan pintu dan menawarka balai yang lebih hangat di dalam. Maka para cewek berpindah tempat ke dalam. Sementara gw tidur di luar dengan muka gw yang gw tutupin buff sepeda untuk menghindari dingin.
Pagi menjelang, beberapa dari kami sudah bangun. Sementara si Chae dengan berani-beraninya mandi dengan air dingin khas pegunungan. What the!!!?. Sementara Haqi dan kakak Benny yang mendapat info kalau basecamp terletak di bagian bawah sekali. Bergegas menuju basecamp untuk registrasi.
Beberapa dari kami yang lain makan dan membuang hajatnya. Tanpa disadari Haqi kembali dengan berita mengejutkan.
"Jalur buat naeknya ternyata di bawah bro! jauh banget!". What the!!!??.
Maka setelah selesai sarapan kami bergegas menuju basecamp yang nyatanya memang cukup jauh sekali. banget! banget! banget!
Comments
Post a Comment